Senin, 10 April 2017

APA PENDAPATMU TENTANG RESENSI DEMOKRASI DIGITAL? OLEH FEBRIYANI



Apa Pendapatmu tentang Resensi Demokrasi Digital?
Oleh: Febriyani
2125153470
“Demokrasi digital adalah istilah baru dalam menjelaskan persilangan relasi antara penggunaan media sosial, pemenuhan representasi dan artikulasi kepentingan, serta penguatan kelas menengah.”
Begitulah petikan kutipan dari pembukaan resensi karya Wasisto R. Jati yang diterbitkan di harian Kompas, Sabtu, 11 Maret 2017. Sejatinya, tujuan resensi adalah untuk menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak. Tentu saja, untuk mengetahui kepatutan atau kelayakan sebuah buku, peresensi harus mampu mengetahui dan menulis resensi berdasarkan dasar-dasar menulis resensi.
Dalam resensi yang berjudul Demokrasi Digital karya Wasisto R. Jati dapat diketahui apakah buku Demokrasi di Tangan Netizen: Tantangan dan Prospek Demokrasi Digital karya Fayakhun Andriadi layak untuk mendapat sambutan positif dari masyarakat atau tidak berdasarkan sistematika resensi atau bagian-bagian resensi dikenal juga dengan istilah unsur resensi. Menurut Daniel (1997:7-8), seperti yang dikutip dalam Dalman (2016:235), yaitu, unsur resensi yang membangun sebuah resensi di antaranya: judul resensi, data buku, pendahuluan (pembukaan resensi), tubuh atau pernyataan resensi, penutup.
Mari kita melirik ke unsur resensi yang pertama yaitu judul. Peresensi memilih judul Demokrasi Digital  tentu saja bukan tanpa alasan.  Judul resensi haruslah menggambarkan isi resensi atau menonjolkan hal yang menarik dalam buku yang akan diresensi.. Ditinjau dari judulnya, judul yang dipilih pun penulis rasa cukup menarik karena menggambarkan isi buku secara spesifik.
            Kemudian, berdasarkan syarat unsur resensi yang kedua, yaitu mencantumkan data buku. Menurut Daniel (1997:7-8), seperti yang dikutip dalam Dalman (2016:235), data buku yang harus dicantumkan dalam resensi mencakup judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit beserta cetakannya, tebal buku, dan harga buku. Data buku yang disuguhkan tidak lengkap karena ada satu hal yang terlewati di bagian penyajian data buku, yaitu harga buku. Peresensi tidak menyebutkan berapa harga buku yang ia resensi, sehingga hal itu bisa saja membuat pembaca menjadi ragu atau sungkan karena tidak ada harga buku yang tertera pada data buku tersebut.
            Kemudian, berdasarkan syarat unsur resensi yang ketiga, yaitu pendahuluan atau pembukaan resensi. Menurut Daniel (1997:7-8), seperti yang dikutip dalam Dalman (2016:235), dalam membuka sebuah resensi bisa dengan tiga hal, pertama, memperkenalkan pengarang. Sayangnya, dalam resensi ini tidak diperkenalkan siapa pengarang atau penulis buku itu secara spesifik, pembaca hanya dapat mengetahui siapa pengarangnya melalui data buku. Kedua, membandingkan dengan buku sejenis baik yang ditulis oleh pengarang yang sama atau bukan, dalam resensi Demokrasi Digital, peresensi melakukan perbandingkan buku yang ia resensi dengan buku sejenis yang dikarang oleh penulis yang berbeda, seperti yang tertera dalam petikan kutipan resensi di bawah ini.
“Sebelumnya buku-buku sejenis telah berupaya mengupas tema sma seperti halnya Dvid T Hill & Krishna Sen (2005).....”
Ketiga, merumuskan tema buku, dalam resensi Demokrasi Digital, peresensi merumuskan tema buku dengan petikan kutipan berikut,
“Buku ini secara garis besar berkontribusi penting dalam menciptakan wacana terhadap prospek dan tantangan demokrasi digital di Indonesia.”
Jadi, berdasarkan syarat unsur resensi yang ketiga yaitu menulis pembukaan resensi, hanya memenuhi dua syarat yang harus ada dalam pembukaan resensi yaitu membandingkan buku dengan tema sejenis baik dikarang oleh penulis yang sama atau bukan dan merumuskan tema buku.
Kemudian, berdasarkan syarat unsur resensi yang keempat, yaitu menulis tubuh atau pernyataan resensi, Menurut Daniel (1997:7-8), seperti yang dikutip dalam Dalman (2016:235), tubuh atau pernyataan resensi haruslah memuat sinopsis buku, ulasan singkat beserta kutipan dalam buku tersebut, keunggulan dan kelemahan buku, rumusan kerangka buku, tinjauan bahasa, dan adanya kesalahan cetak. Dalam resensi Demokrasi Digital, peresensi hanya memuat ulasan singkat berserta kutipan, sinopsis, serta keunggulan dan kelemahan buku saja. Bahkan, dalam tubuh resensi cenderung lebih banyak memuat sinopsis buku daripada penilaian peresensi terhadap buku sehingga  rumusan kerangka buku, tinjauan kesalaham bahasa, dan adanya kesalahan cetak pun tidak dicantumkan.
Terakhir, syarat unsur resensi yang kelima adalah penutup resensi. Menurut Daniel (1997:7-8), seperti yang dikutip dalam Dalman (2016:235), bagian akhir resensi biasanya diakhiri dengan sasaran yang dituju oleh buku itu. Tetapi sayangnya, unsur resensi yang terakhir ini tidak dimuat dalam resensi Demokrasi Digital karya Wasisto, sehingga hal ini dapat membuat pembaca tidak mengetahui siapakah yang layak membaca buku ini?

2 komentar:

  1. Assalamualaikum Febriyani, saya Rahma. Untuk mind map yang kamu buat sudah baik karena isi mind map kamu berisi komentar bukan fakta/data dan warna pembeda setiap kotak juga sudah baik. Namun, lebih baik jika kamu menuliskan point apa yang akan di bahas sebelum tanda panah menuju kolom komentar. Lalu pada pengembangan tulisannya sudah sangat jelas dan rinci, hanya saja masih ada beberapa kesalahan pada penulisannya.
    semoga berkenan yaa, terima kasih! :)

    BalasHapus
  2. Assalamualaikum. Mind map yanganda buat sudah sesuai dengan apa yang anda tuliskan pada esai yang anda jabarkan. Pembeda warna pada mind map mendukung pembaca untuk dapat membedakan bahasan di setiap kotaknya. Namun,akan lebih baik jika pada setiap kotak pembahasan mind map diberikan judul bahasan (sebutkan unsur yang dibahas lebih dahulu). Untuk esai penggunaan diksi yang tidak bertele-tele meudahkan pembaca untuk memahami maksud di setiap paragrafnya, tetapi masih ada beberapa kesalahan pada penulisannya. Semoga berkenan. Terimakasih

    -Indriany Ayu.M

    BalasHapus