Mengomentari
Resensi Demokrasi Digital Karya
Wasisto Raharjo Jati
Oleh
Devita Yulianti
Menulis
adalah proses mengubah pikiran/ angan – angan/ perasaan menjadi bentuk lambang/tanda/tulisan
yang bermakna. Salah satu hasil dari menulis adalah resensi. Menurut Dalman
(2016:229) menulis adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menilai baik
tidaknya sebuah buku.
Demokrasi Digital adalah
sebuah tulisan karya Wasisto Raharjo Jati, seorang peneliti di Pusat Penelitian
Politik – LIPI. Resensi ini mengulas mengenai politik di era modern yang banyak
diuntungkan oleh dunia digital dalam buku yang berjudul Demokrasi di Tangan Netizen: Tantangan & Prospek Demokrasi Digital karya
Fayakhun Andriadi.
Berdasarkan teori yang dikemukakan Dr. H. Dalman, M.Pd
(2016:235), unsur – unsur resensi terdiri atas judul resensi, data buku, pendahuluan,
tubuh atau pernyataan resensi buku, dan penutup.
Judul resensi berbeda dengan judul buku.
Walaupun berbeda, judul resensi mampu menggambarkan isi buku secara keseluruhan
yaitu mengenai demokrasi melalui media digital. Peresensi berusaha membuat
judul semenarik mungkin agar calon pembaca tertarik untuk membaca resensi
tersebut.
Data buku harus terdiri atas judul buku,
pengarang, penerbit, tahun terbit beserta cetakannya, tebal buku, dan harga
buku. Resensi karya Wasisto sudah hampir sesuai dengan teori, namun sangat
disayangkan tidak ada harga buku dalam resensi tersebut. Harga buku harusnya
dicantumkan supaya menjadi bahan pertimbangan pembaca terhadap uang yang mereka
miliki saat akan membeli buku.
Pendahuluan
haruslah memperkenalkan pengarang dari segi karyanya bahkan prestasi yang
diperoleh. Resensi karya Wasisto tidak menjelaskan pengarang buku yang
diulasnya. Peresensi hanya membandingkan buku tersebut dengan buku sejenis
lainnya seperti buku David T Hill & Krishna Sen (2005) The Internet in Indonesia’s New Democracy, Anwar Abugaza (2013) Social Media Politica, ataupun Rulli
Nasrullah (2015) Social Media.
Bagian
tubuh atau pernyataan resensi biasanya berisi sinopsis, ulasan singkat buku
dengan kutipan secukupnya, keunggulan dan kelemahan buku, serta rumusan
kerangka buku. Sinopsis yang dituliskan peresensi lebih dominan dibandingkan unsur
lainnya. Selain itu peresensi banyak menyajikan ulasan singkat dan kutipan
buku, misalnya pada sebelum paragraf terakhir, “ melekatnya fungsi media sosial
dengan publik kelas menengah terhadap isu politik dikarenakan internet
menciptakan adanya sensasi meruang (sense
of space), sensasi kebersamaan (sense
of belonging) (hal 122)”. Keunggulan dalam buku tersebut dijelaskan peresensi
secara tersirat. Peresensi menyatakan bahwa
buku karya Fayakhun memiliki keunggulan yaitu berkontribusi penting dalam wacana terhadap prospek
dan tantangan demokrasi digital di Indonesia. Kelemahan buku ini ada di paragraf
terakhir yaitu, buku ini kurang mengupas secara lebih detail mengenai
praktiknya demokrasi digital di Indonesia, terlebih mengenai kontensasi kuasa
pemerintah melalui UU ITE dan resistensi publik terhadap keterbukaan internet
sebagai ruang alternatif demokrasi baru.
Penutup
di bagian akhir resensi biasanya diakhir dengan sasaran yang dituju oleh buku.
Adapun penutup pada resensi ini ada di akhir paragraf, penutup tersebut
berbunyi “meskipun demikian, buku ini mampu memberikan sumbangan literasi
penting mengenai relasi internet dan politik di Indonesia”. Sasaran buku tidak
dituliskan dalam resensi ini, walaupun secara tersirat kita dapat mengetahui
bahwa sasaran dari buku tersebut adalah orang yang bergerak di bidang politik
atau pegiat dunia digital.
Secara
garis besar resensi ini sudah baik, namun masih ada beberapa hal yang perlu
diperbaiki misalnya melengkapi data buku dan keteraturan kerangka resensi.
Menurut saya, bagian sinopsis dalam resensi ini terlalu banyak sehingga
dikhawatirkan pembaca jadi bisa menebak isi buku dengan hanya membaca resensi.
Peresensi juga harusnya memaparkan mengenai penulis dan karya – karyanya yang
lain.
Mind Map Unsur - Unsur Resensi
Tulisan mengenai komentar terhadap resensi "Demokrasi Digital" sudah cukup bagus karena tulisan yang ada pada mindmap seluruhnya telah dikembangkan. Namun sayang, desain mindmap terlihat sangat rumit karena terdapat banyak garis panah yang tidak tersusun secara rapih, dan pemilihan warna merah sebagai latar belakang dengan perpaduan hitam sebagai warna tulisan membuat tulisan terlihat tidak begitu jelas.
BalasHapusMike N
2 SIL
Hai Devita. Secara keseluruhan komentar anda sudah baik, seperti pengembangan mind map yang sesuai dan mudah dimengerti. Hanya saja ada beberapa kesalahan yang mungkin bisa diperbaiki untuk selanjutnya. Jika dibaca, masih ada kejanggalan antarparagraf. Devita kurang menambahkan kata hubung yang membuat antarparagraf tersebut saling menjelaskan.
BalasHapusSelanjutnya mengenai mind map. Mind map anda terlihat kurang rapi karna bentuk yang tidak beraturan dan banyaknya warna yang kurang serasi. Dan bukankah lebih baik jika mind map diletakkan sebelum esai? Terima kasih