Hasil
Analisis Unsur Resensi “Demokrasi Digital”
Karya
Wasisto Rahajo Jati
Oleh
Zetta Wahyu Ramadhanti
2125154803
Resensi adalah sebuah istilah yang digunakan untuk
menilai baik tidaknya sebuah buku (Nurudin). Untuk menilai baik tidaknya sebuah
buku, kita dapat melihatnya pada bagian-bagian resensi yang dikenal juga dengan
istilah unsur resensi. Unsur resensi yang membangun menurut Daniel (1997:7-8)
adalah sebagai berikut : Judul resensi, data buku, membuat pendahuluan, tubuh atau pernyataan resensi buku, dan
penutup.
Pada bagian judul
resensi harus menggambarkan isi resensi. Penulisan judul
resensi harus jelas, singkat, dan tidak menimbulkan kesalahan penafsiran. Judul
resensi juga harus menarik. Dalam resensi “Demokrasi Digital” memiliki judul
yang cukup menarik, alangkah lebih menarik lagi jika judul resensi dibuat dalam
bentuk yang unik, dalam bentuk ajakan, agar banyak pembaca yang tertarik
membacanya.
Dalam
membuat data Buku harus meliputi
Judul buku, Pengarang, Penerbit, Tahun terbit, Tebal buku, dan Harga buku. Data
buku dalam “Demokrasi Digital” peresensi kurang mencantumkan harga buku,
sehingga pembaca yang ingin membeli buku tersebut akan ragu-ragu untuk
membelinya karena takut uang yang akan dibawanya tidak cukup untuk membeli buku
tersebut.
Pada
bagian membuat pendahuluan,
pendahuluan dapat dimulai dengan beberapa hal, sebagai berikut : Pertama, memperkenalkan siapa
pengarangnya, karyanya berbentuk apa saja, dan prestasi apa saja yang
diperoleh. Pada bagian pendahuluan dalam “Demokrasi Digital” ini peresensi
tidak memperkenalkan dengan detail siapa pengarangnya, karyanya apa saja, dan
apa prestasi yang pernah diperoleh. Peresensi hanya menulis garis besarnya
saja. Kedua, membandingkan dengan
buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang sendiri maupun oleh
pengarang lain. Pada bagian ini, peresensi membandingkan buku tersebut dengan
buku sejenis lainnya, hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut “Buku ini
secara garis besar berkontribusi penting dalam menciptakan wacana terhadap
prospek dan tantangan demokrasi digital di Indonesia. Sebelumnya buku-buku
sejenis telah berupaya mengupas tema seperti halnya....”. Ketiga, memaparkan kekhasan atau sosok pengarang, pada bagian
ini peresensi tidak memaparkan kekhasan atau sosok pengarang. Keempat, memaparkan
keunikan buku. Keunikan buku dalam resensi “Demokrasi Digital” telah di
paparkan oleh sang peresensi, dengan kutipan “Buku ini melengkapi kajian-kajian
sebelumnya tersebut melalui bahasan transformasi demokrasi yang semula sifatnya
spasial menjadi digital melaui terbentuknya beragam ruang siber...”. Kelima,
merumuskan tema, peresensitidak merumuskan tema. Keenam, mengungkapkan
kritik terhadap kelemahan buku, peresensi tidak mengungkapan kritik terhadap
kelemahan buku. Ketujuh, mengungkapkan kesan terhadap buku, peresensi mengungkapkan
kesan terhadap buku, namun tidak disertai dengan alasan mengapa terkesan dengan
buku tersebut. Dapat dibuktikan dalam kutipan berikut “ ... buku ini mampu
memberikan sumbangan literasi penting mengenai relasi internet dan politik di
Indonesia. Kedelapan, mengajukan pertanyaan, peresensi tidak mengajukan
pertanyaan. Kesembilan, membuka dialog, peresensi juga tidak membuka
dialog.
Dalam
membuat tubuh atau Pernyataan Resensi Buku biasanya memuat beberapa hal, yaitu :
Pertama, sinopsis atau isi buku
secara benar dan kronologis. Pada bagian awal resensi, peresensi menuliskan
sinopsis isi buku secara benar dan kronologis, berikut kutipannya “Demokrasi
digital adalah istilah baru dalam menjelaskan persilangan relasi antara
pengguna media sosial, pemenuhan representasi, dan artikulasi kepentingan,
serta penguatan kelas menengah.....”. Kedua,
ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya. Peresensi menuliskan dua
ulasan singkat buku dengan kutipannya. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan
berikut “Secara harfiah pengertian demokrasi digital dapat dipahami sebagai
implementasi demokrasi yang tidak terkungung pada limitasi ruang,.... (hal
149-150)” dan kutipan berikut “Melekatnya fungsi media sosial dengan publik kelas
menengah terhadap isu politik dikarenakan internet menciptakan adanya sensasi
meruang.... (hal 122)”. Ketiga, keunggulan
buku, peresensi menuliskan keunggulan buku dengan kutipan berikut “Buku ini
secara garis besar menampilkan beragam kajian literatur demokrasi digital,
utamanya kajian dari luar untuk melihat sisi teoretik kemungkinan penerapannya
dalam kasus Indonesia.” Keempat, kelemahan
buku, peresensi juga menuliskan kelemahan buku yang diresensi, “... Buku ini
kurang mengupas secara lebih detail mengenai praktiknya demokrasi digital di
Indonesia, terlebih mengenai kontestasi kuasa antara pemerintah melalui UU ITE
dan resistensi publik terhada keterbukaan internet sebagai ruang alternatif
demokrasi baru”. Kelima, rumusan
kerangka buku, ada rumusan kerangka buku, hal ini dapat dibuktikan dengan
melihat judul yang dicetak tebal dalam resensi tersebut yaitu “Nilai utama demokrasi” dan “Prinsip demokrasi digital”. Keenam, tinjauan
bahasa (mudah atau berbelit-belit), peresensi tidak menjelaskan apakah bahasa
yang digunakan pengarang mudah atau berbelit-belit. Ketujuh, adanya kesalahan cetak, peresensi juga tidak memberitahu
apakah ada kesalahan cetak atau tidak.
Pada
bagian penutup bagian akhir resensi
biasanya diakhiri dengan sasaran yang dituju oleh buku itu. kemudian diberikan
penjelasan juga apakah memang buku itu cocok dibaca oleh sasaran yang ingin
dituju oleh pengarang atau tidak, kemudian diberikan pula alasan-alasan yang
logis. Peresensi “Demokrasi Digital” menggunakan penutup resensi dengan kurang
baik, karena peresensi tidak memberikan penjelasan apakah buku itu cocok dibaca
atau tidak dan tidak menjelaskan alasan-alasan yang logis.
Kesimpulan yang dapat
saya ambil dalam resensi “Demokrasi Digital” karya Warsito Raharjo Jati yang
seorang Peneliti di Pusat Penelitian Politik LIPI pada koran Kompas, Sabtu, 11
Maret 2017 sudah cukup baik, namun masih memiliki beberapa kekurangan.
Seharusnya peresensi menuliskan rujukan yang ia tulis menggunakan teorinya
siapa, supaya masyarakat yang membacanya mengetahui hal itu, dan bisa
dipelajari untuk resensi yang selanjutnya. Supaya tidak dikatakan ia menulis
resensi menggunakan teorinya sendiri. Dengan demikian, hasil resensi yang
dituliskan peresensi dapat dikatakan sangat bagus dan menarik untuk dijadikan pemasaran
pada buku yang ia resensi.
Selamat pagi Zetta Wahyu Ramadhanti
BalasHapusKali ini saya akan mengomentari hasil unggahan Anda tentang resensi “Demokrasi Digita”.
Pertama saya akan memberikan komentar untuk mindmap yang Anda buat sebagai bahan atau kerangka esai Anda tentang demokrasi digital. Pada mindmap yang Anda buat dan ditampilkan, menurut saya belum efektif, karena mindmap pada bagian isi yaitu tentang unsur-unsur resensi Anda belum memainkan efek warna, maksud saya untuk mengajak pembaca menjadi ada keinginan untuk membaca mindmap Anda lalu selanjutnya bentuk yang Anda pakai untuk merangkai mindmap, bentuknya terlalu dominan, sehingga semua bentuknya sama dan tidak ada perubahan, sehingga orang yang membaca kurang tertarik untuk membaca mindmap Anda.
Kedua saya akan mengomentari tentang esai resensi “Demokrasi Digital” yang Anda buat. Pada esai yang Anda utarakan menurut saya sudah cukup baik, karena Anda sudah menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar untuk penyampaian esainya, dan ada sedikit kelemahan dari esai Anda menurut saya yaitu ada sedikit kesalahan-kesalahan kecil seperti salah ketik (saltik), dan banyak juga pengulangan bahasa yang terjadi pada esai yang Anda tulis.
Komentar ini saya tulis bukan untuk menggurui ataupun membenarkan hasil tulisan Anda, namun komentar ini saya tulis agar kita belajar bersama-sama. Terima kasih
Fitri Febriyani
2 Sastra Linguistik
Assalamu'alaikum Zetta. Saya, Febriyani. Komentar yang kamu tulis mengenai resensi tersebut masih ada sedikit kekurangan, yaitu kuran konsisten, hal ini terlihat ketika Anda mengomentari mengenai judul resensi tersebut. Anda mengatakan judul resensi ini menarik akan tetapi di akhir paragraf Anda juga mengatakan "... agar banyak pembaca yang tertarik membacanya", bukankah judulnya menarik pembacanya juga pasti akan tertarik membacanya? Terima kasih. Semoga berkenan. :)
BalasHapus