Jumat, 14 April 2017

MIND MAP DAN KOMENTAR RESENSI DEMOKRASI DIGITAL - RISMA SEPTIA HARDIYANTI







Risma Septia Hardiyanti
2125151937
Sastra Indonesia Linguistik



Analisis Resensi "Demokrasi Digital" dalam Bentuk Esai

            Resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku. Tujuan resensi adalah menyampaikan para pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak. Resensi itu dibuat juga untuk memberikan pertimbangan-pertimbangan terhadap karya-karya seni lainnya, seperti drama, film, sebuah pementasan, dan sebagainya. (Komposisi hlm:274). Resensi merupakan suatu kegiatan “memindahkan” buku kedalam bentuk tulisan yang berbeda. Inti dari kegiatan meresensi adalah mengomentari, menilai dan menginformasikan.
            Tidak adanya kesesuaian judul resensi “Demokrasi Digital” dengan judul asli dalam buku, yaitu “Demokrasi di Tangan Netizen: Tantangan & Prospek Demokrasi Digital”. Judul resensi terlalu singkat, mungkin akan menjadi lebih baik jika menjadi “Demokrasi Digital Pada Era Moderenisasi”
            Dalam identitas buku terdapat judul buku, nama penulis, penerbit, kota penerbit, urutan cetakan, tahun produksi, jumlah halaman, dan nomor ISBN. Namun, sayangnya dalam identitas buku ini tidak dicantumkan ukuran dan harga buku. Karena ukuran dan harga sangat penting untuk menginformasikan kepada calon pembaca untuk memperhitungkan atau memperkirakan kemampuan membeli atau tidaknya bagi para calon pembaca.
            Pendahuluan pada buku terdapat pada awal kalimat paragraf pertama, yaitu “Secara harfiah pengertian demokrasi digital dapat dipahami sebagai implementasi demokrasi yang tidak terkungkung pada limitasi ruang, waktu, ataupun batasan fisik lainnya.” Dalam pendahuluan, kalimat tersebut termasuk kedalam salah satu unsur-unsur membuat pembukaan, yaitu merumuskan tema buku.
            Pada bagian isi buku terdapat sinopsis atau ringkasan buku. Sinopsis terdapat pada paragraf pertama bagian sebelah kiri halaman 2 yang termasuk dalam bagian pendahuluan. Kutipan buku yang menjelaskan beberapa sensasi dalam media sosial terdapat pada paragraf pertama sebelah kanan halaman 3; Dalam kutipan ini, menginformasikan bahwa dengan bermain media sosial, seseorang mampu menciptakan dan membentuk kenyamanan diri mereka masing-masing. Namun, terdapat dampak buruk dari beberapa sensasi ini, yaitu terkadang seseorang lalai dengan prioritasnya karena asyik bercumbu dengan dunia maya, selain itu, sensasi-sensasi tersebut juga mempengaruhi pergaulan dalam masyarakat. Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, terkadang manusia enggan berinteraksi dengan lingkungannya. Karena ia menganggap bahwa dengan bermain media sosial semuanya bisa terjangkau dengan mudah dan cepat tanpa harus membuang tenaga untuk menghampiri lawan bicaranya.  Keunggulan dan kekurangan buku pun terdapat pada paragraf kedua bagian sebelah kanan halaman 3.

            Penutup menginformasikan manfaat dari buku yang terdapat dalam kalimat “Meskipun demikian, buku ini mampu memberikan sumbangan literasi penting mengenai relasi internet dan politik Indonesia.” yang terdapat pada kalimat terakhir sebelah kanan halaman 3. Pada bagian penutup, tidak terdapat kalimat saran maupun persuasif.

Selasa, 11 April 2017

MIND MAP DAN RESENSI DEMOKRASI DIGITAL - ERIKA HERMAWATI










Esai Resensi "Demokrasi Digital

Wasisto Raharjo Jati, menulis resensi dengan judul "Demokrasi Digital", jika dilihat dari judulnya, menurut saya sudah sesuai dengan teori milik Daniel Samad yaitu, “judul sebuah resensi itu haruslah menarik dan benar-benar menjiwai seluruh tulisan atau inti tulisan.” Dan resensi “Demokrasi Digital” tersebut, selain memiliki judul singkat serta padat, juga menarik dan sudah mencakup inti dari seluruh tulisan yang dibuat oleh peresensi. Lalu, pada bagian data buku, sudah cukup lengkap dan berurutan sesuai dengan teori, mulai dari judul buku yaitu, Demokrasi di Tangan Netizen: Tantangan & Prospek Demokrasi Digital, ditulis oleh Fayakhun Andriadi, penerbitnya RMBOOKS di Jakarta, cetakan pertama tahun 2016, tebalnya 349 + xii, dengan nomor ISBN 978-602-7936-62-1. Akan tetapi, peresensi tidak menuliskan bagian yang juga sangat penting, yaitu harga dari buku tersebut.
Beralih pada pembukaan resensi, peresensi tidak memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya berbentuk apa saja, dan prestasi dari si pengarang. Tetapi, peresensi melakukan perbandingan antara buku yang ia resensi dengan buku milik pengarang lain, yang memiliki jenis sama. Sementara itu, peresensi juga tidak menjelaskan keunikan buku, tetapi ia menjelaskan tema buku dan ia juga menyampaikan sedikit kelemahan dari buku yang ia resensi. Selain tidak memperkenalkan pengarang buku, peresensi juga tidak memperkenalkan siapa penerbitnya, tidak mengajukan pertanyaan, serta tidak membuka dialog.
Pada bagian tubuh atau isi pernyataan resensi buku, peresensi sebenarnya cukup lengkap menyampaikan sinopsis atau isi buku, dan ia pun menyesuaikan dengan kronologinya. Selain itu, peresensi juga sedikit mengulas dari buku tersebut dan disertai beberapa kutipan dari buku tersebut. Tak lupa, ia pun menambahkan sedikit kelebihan dan kekurangan buku, meskipun tanpa menyampaikan rumusan kerangka buku, tinjauan bahasa, dan ada atau tidaknya kesalahan cetak pada buku tersebut.
Lalu, mengenai buku ini cocok untuk siapa, sebetulnya peresensi sudah menyampaikan dalam kalimat terakhirnya secara samar, yaitu "Meskipun demikian, buku ini mampu memberikan sumbangan literasi penting mengenai relasi internet dan politik di Indonesia." Yang menurut saya, dapat ditarik kesimpulan bahwa buku tersebut sebetulnya cocok bagi siapa saja yang suka membaca, baik membaca mengenai teknologi, politik, apalagi bagi yang suka membaca segala jenis buku. Dan disamping itu, kalimat tersebut juga menunjukkan kelebihan dari buku "Demokrasi di Tangan Netizen", sekaligus menjadi kalimat penutup dari resensi milik Wasisto Raharjo Jati tersebut.
Tetapi, terlepas dari itu semua. Menurut saya, resensi yang ditulis oleh Wasisto Raharjo Jati tersebut sebetulnya sudah lengkap. Karena, meskipun banyak ditemukan kekurangan dalam berbagai hal, peresensi ini telah banyak memberikan informasi yang sangat berhubungan dengan buku ini dan ditambah dukungan kutipan-kutipan yang diambil peresensi dari buku "Demokrasi di Tangan Netizen" tersebut, sehingga sudah cukup menginformasikan bahwa buku itu sangat lengkap dan juga menarik untuk dibaca.




















Senin, 10 April 2017

MIND MAP DAN KOMENTAR DEMOKRASI DIGITAL- ANASTASIA RITA










NAMA : ANASTASIA RITA CHARY ROSA
KELAS: 2 SIL
NIM : 2125151445
Analisis resensi yang berjudul “Demokrasi Digital” Karya Wasisto Raharjo Jati
Dalam KBBI disebutkan bahwa resensi merupakan ulasan dari sebuah buku. Jadi resensi ialah ulasan singkat mengenai isi suatu buku. Adapun tindakan meresensi ialah memberikan suatu penilaian, membahas, mengkritik atau mengungkapkan kembali isi didalamnya.. Salah satu hasil dari menulis adalah resensi. Menurut Dalman (2016: 229) menulis adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menilai baik tidaknya sebuh buku. Menurut Daniel (Dalman, 2016: 235) sebuah resensi mengandung unsur-unsur yang membangun yaitu judul resensi, data buku, membuat pendahuluan, tubuh atau pernyataan isi buku, dan penutup. Kehadiran dari unsur-unsur tersebut, dapat menentukan sebuah resensi dapat dikatakan baik atau tidak.
Tulisan yang dimuat dalam koran Kompas berjudul “Demokras Digital” ini, merupakan tulisan karya Wasisto Raharjo Jati, seorang peneliti di Pusat Penelitian Politik LPI. Dalam tulisannya ini, terkandung beberapa unsur resensi. Penganalisis telah melakukan analisis terhadap resensi berdasarkan unsur-unsur resensi yang dikemukakan oleh Daniel dengan tujuan, untuk menentukan unsur-unsur yang terkandung dalam resensi tersebut.
Unsur pertama yang terkandung dalam resensi “Demokrasi Digital” adalah judul resensi. Menurut Daniel (Dalman, 2016: 235) judul resensi harus menggambarkan isi resensi, penulis judul resensi harus jelas, singkat, dan tidak menimbulkan kesalahan penafsiran. Judul resensi yang digunakan dalam tulisan ini adalah “Demokrasi Digital” Sementara itu, secara garis besar judul buku dalam tulisan ini adalah Demokrasi di Tangan Netizen: Tantangan & Prospek Demokrasi Digital.
Unsur kedua yaitu terdapat data buku yang terdiri dari judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit beserta cetakannya, tebal buku dan harga buku (Dalman, 2016: 236)  Dalam resensi “Demokrasi Digital” peresensi mencantumkan hampir semua data buku kecuali harga buku.
Unsur yang ketiga yaitu membuat pendahuluan. Menurut Daniel (Dalman, 2016: 236) pendahuluan dapat berupa pengenalan mengenai sosok pengarang, perbandingan buku pengarang dengan buku sejenis, keunikan buku, tema buku, kritik terhadap kelemahan buku, kesan terhadap buku, mengajukan pertanyaan, dan membuat dialog. Dalam resensi “Demokrasi Digital” terdapat pendahuluan pada bagian pertama yang menjelaskan pemahaman tentang demokrasi digital. Sementara pada bagian kedua, pendahuluan yang dijelaskan tidak sama persis dengan pendahuluan yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun secara garis besar, pendahuluan dalam resensi “Demokrasi Digital” terdapat pada bagian tubuh atau pernyataan resensi buku. Peresensi juga membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis. Peresensi tidak memaparkan latar belakang pengarang, tetapi penulis memaparkan keunikan buku serta kritik terhadap kelemahan buku.
Pada unsur yang keempat, yaitu tubuh atau pernyataan resensi buku antara lain sinopsis atau isi buku, ulasan singkat buku, keunggulan dan kelemahan buku, tinjauan bahasa, serta adanya kesalahan cetak. Dalam resensi “Demokrasi Digital” Penulis memaparkan tubuh atau pernyataan resensi buku tidak secara sistematis.
Unsur yang terakhir yaitu penutup. Pada bagian akhir resensi, tidak diakhiri dengan sasaran yang dituju oleh buku itu. Peresensi hanya menjelaskan alasan membaca buku tersebut yaitu mampu memberikan sumbangan literasi penting mengenai relasi internet dan politik di Indonesia.
Berdasarkan ulasan diatas, dapat dikatakan bahwa resensi “Demokrasi Digital” dapat dikategorikan sebagai resensi yang baik. Karena mengandung semua unsur yang dikemukakan oleh Daniel dalam buku Keterampilan Menulis karya Dr. H. Dalman, M.pd.

APA PENDAPATMU TENTANG RESENSI DEMOKRASI DIGITAL? OLEH FEBRIYANI



Apa Pendapatmu tentang Resensi Demokrasi Digital?
Oleh: Febriyani
2125153470
“Demokrasi digital adalah istilah baru dalam menjelaskan persilangan relasi antara penggunaan media sosial, pemenuhan representasi dan artikulasi kepentingan, serta penguatan kelas menengah.”
Begitulah petikan kutipan dari pembukaan resensi karya Wasisto R. Jati yang diterbitkan di harian Kompas, Sabtu, 11 Maret 2017. Sejatinya, tujuan resensi adalah untuk menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak. Tentu saja, untuk mengetahui kepatutan atau kelayakan sebuah buku, peresensi harus mampu mengetahui dan menulis resensi berdasarkan dasar-dasar menulis resensi.
Dalam resensi yang berjudul Demokrasi Digital karya Wasisto R. Jati dapat diketahui apakah buku Demokrasi di Tangan Netizen: Tantangan dan Prospek Demokrasi Digital karya Fayakhun Andriadi layak untuk mendapat sambutan positif dari masyarakat atau tidak berdasarkan sistematika resensi atau bagian-bagian resensi dikenal juga dengan istilah unsur resensi. Menurut Daniel (1997:7-8), seperti yang dikutip dalam Dalman (2016:235), yaitu, unsur resensi yang membangun sebuah resensi di antaranya: judul resensi, data buku, pendahuluan (pembukaan resensi), tubuh atau pernyataan resensi, penutup.
Mari kita melirik ke unsur resensi yang pertama yaitu judul. Peresensi memilih judul Demokrasi Digital  tentu saja bukan tanpa alasan.  Judul resensi haruslah menggambarkan isi resensi atau menonjolkan hal yang menarik dalam buku yang akan diresensi.. Ditinjau dari judulnya, judul yang dipilih pun penulis rasa cukup menarik karena menggambarkan isi buku secara spesifik.
            Kemudian, berdasarkan syarat unsur resensi yang kedua, yaitu mencantumkan data buku. Menurut Daniel (1997:7-8), seperti yang dikutip dalam Dalman (2016:235), data buku yang harus dicantumkan dalam resensi mencakup judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit beserta cetakannya, tebal buku, dan harga buku. Data buku yang disuguhkan tidak lengkap karena ada satu hal yang terlewati di bagian penyajian data buku, yaitu harga buku. Peresensi tidak menyebutkan berapa harga buku yang ia resensi, sehingga hal itu bisa saja membuat pembaca menjadi ragu atau sungkan karena tidak ada harga buku yang tertera pada data buku tersebut.
            Kemudian, berdasarkan syarat unsur resensi yang ketiga, yaitu pendahuluan atau pembukaan resensi. Menurut Daniel (1997:7-8), seperti yang dikutip dalam Dalman (2016:235), dalam membuka sebuah resensi bisa dengan tiga hal, pertama, memperkenalkan pengarang. Sayangnya, dalam resensi ini tidak diperkenalkan siapa pengarang atau penulis buku itu secara spesifik, pembaca hanya dapat mengetahui siapa pengarangnya melalui data buku. Kedua, membandingkan dengan buku sejenis baik yang ditulis oleh pengarang yang sama atau bukan, dalam resensi Demokrasi Digital, peresensi melakukan perbandingkan buku yang ia resensi dengan buku sejenis yang dikarang oleh penulis yang berbeda, seperti yang tertera dalam petikan kutipan resensi di bawah ini.
“Sebelumnya buku-buku sejenis telah berupaya mengupas tema sma seperti halnya Dvid T Hill & Krishna Sen (2005).....”
Ketiga, merumuskan tema buku, dalam resensi Demokrasi Digital, peresensi merumuskan tema buku dengan petikan kutipan berikut,
“Buku ini secara garis besar berkontribusi penting dalam menciptakan wacana terhadap prospek dan tantangan demokrasi digital di Indonesia.”
Jadi, berdasarkan syarat unsur resensi yang ketiga yaitu menulis pembukaan resensi, hanya memenuhi dua syarat yang harus ada dalam pembukaan resensi yaitu membandingkan buku dengan tema sejenis baik dikarang oleh penulis yang sama atau bukan dan merumuskan tema buku.
Kemudian, berdasarkan syarat unsur resensi yang keempat, yaitu menulis tubuh atau pernyataan resensi, Menurut Daniel (1997:7-8), seperti yang dikutip dalam Dalman (2016:235), tubuh atau pernyataan resensi haruslah memuat sinopsis buku, ulasan singkat beserta kutipan dalam buku tersebut, keunggulan dan kelemahan buku, rumusan kerangka buku, tinjauan bahasa, dan adanya kesalahan cetak. Dalam resensi Demokrasi Digital, peresensi hanya memuat ulasan singkat berserta kutipan, sinopsis, serta keunggulan dan kelemahan buku saja. Bahkan, dalam tubuh resensi cenderung lebih banyak memuat sinopsis buku daripada penilaian peresensi terhadap buku sehingga  rumusan kerangka buku, tinjauan kesalaham bahasa, dan adanya kesalahan cetak pun tidak dicantumkan.
Terakhir, syarat unsur resensi yang kelima adalah penutup resensi. Menurut Daniel (1997:7-8), seperti yang dikutip dalam Dalman (2016:235), bagian akhir resensi biasanya diakhiri dengan sasaran yang dituju oleh buku itu. Tetapi sayangnya, unsur resensi yang terakhir ini tidak dimuat dalam resensi Demokrasi Digital karya Wasisto, sehingga hal ini dapat membuat pembaca tidak mengetahui siapakah yang layak membaca buku ini?

Komentar Resensi "Demokrasi Digital" - Hafsha Hurat Fadita



Komentar Resensi “Demokrasi Digital” Karya Wasisto Rahajo Jati
Oleh Hafsha Hurat Fadita

Resensi yang berjudul “Demokrasi Digital”, karya Wasito Rahajo Jati merupakan sebuah resensi yang mengulas buku Demokrasi di Tangan Netizen Tantangan & Prospek Demokrasi Digital karya Fayakhun Andriadi. Seperti yang kita lihat di atas, judul resensi yang dipilih peresensi berbeda dengan judul asli buku yang diresensi. Namun hal itu tidak mengurangi keterkaitan antara resensi dengan buku yang diresensi.
Selain judul buku, sebuah resensi memerlukan data buku sebagai salah sau unsur kelengkapannya. Data buku yang dicantumkan peresensi sudah cukup lengkap, mulai dari judul buku, penulis, penerbit, cetakan, tebal buku atau halaman, dan IKBN buku tersebut. Hanya saja, peresensi tidak mencantumkan harga buku pada resensinya, padahal harga buku perlu dicantumkan agar memudahkan calon pembaca atau pembeli buku untuk menimbang-nimbang apakah akan membeli buku tersebut atau tidak.
Pada pembukaan, peresensi menjelaskan sedikit tentang definisi demokrasi digital, agar mempermudah pembaca memahami apa itu demokrasi digital. Peresensi juga memaparkan kesannya pada buku tersebut.
Selain itu, di dalam isi resensi tersebut, peresensi kembali memaparkan definisi dari demokrasi digital yang dipaparkannya lewat kutipan dari buku yang diresensi. Misalnya pada lembar kedua, paragraf pertama “Secara harfiah pengertian demokrasi digital dapat dipahami sebagai implementasi demokrasi yang tidak terkungkung pada imitasi ruang waktu, ataupun batasan fisik lainnya. Demokrasi digial menggabungkan konsep demokrasi perwakilan dan demokrasi partisipasif sehingga mampu mengeksplorasi dengan cepat interaksi antara dunia maya dan sosial.”halaman 149-150.
Penutup dalam resensi tersebut, menjelaskan tentang kelebihan dan kekurangan buku, sebelum akhirnya diperhalus dengan menyebutkan kelebihan buku, yang tidak lain adalah “Meskipun demikian, buku ini mampu memberikan sumbangan literasi penting mengenai relasi internet dan politik” , peresensi juga menyebutkan kelemahan buku yaitu buku tersebut kurang mengupas secara lebih detail mengenai kontestasi kuasa antara pemerintah melalui UU ITE dan resistensi publik terhadap keterbukaan internet sebagai ruang alternatif demokrasi baru.
Dengan begitu dapat ditarik kesimpulan, bahwa resensi berjudul Demokrasi Digital karya Wasisto Rahajo Jati, telah memenuhi unsur-unsur resensi.


Hasil Analisis Unsur Resensi “Demokrasi Digital” Karya Wasisto Rahajo Jati Oleh Zetta Wahyu Ramadhanti








Hasil Analisis Unsur Resensi “Demokrasi Digital”

Karya Wasisto Rahajo Jati
Oleh Zetta Wahyu Ramadhanti
2125154803



Resensi adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menilai baik tidaknya sebuah buku (Nurudin). Untuk menilai baik tidaknya sebuah buku, kita dapat melihatnya pada bagian-bagian resensi yang dikenal juga dengan istilah unsur resensi. Unsur resensi yang membangun menurut Daniel (1997:7-8) adalah sebagai berikut : Judul resensi, data buku, membuat pendahuluan, tubuh atau pernyataan resensi buku, dan penutup.

Pada bagian judul resensi harus menggambarkan isi resensi. Penulisan judul resensi harus jelas, singkat, dan tidak menimbulkan kesalahan penafsiran. Judul resensi juga harus menarik. Dalam resensi “Demokrasi Digital” memiliki judul yang cukup menarik, alangkah lebih menarik lagi jika judul resensi dibuat dalam bentuk yang unik, dalam bentuk ajakan, agar banyak pembaca yang tertarik membacanya.

Dalam membuat data Buku harus meliputi Judul buku, Pengarang, Penerbit, Tahun terbit, Tebal buku, dan Harga buku. Data buku dalam “Demokrasi Digital” peresensi kurang mencantumkan harga buku, sehingga pembaca yang ingin membeli buku tersebut akan ragu-ragu untuk membelinya karena takut uang yang akan dibawanya tidak cukup untuk membeli buku tersebut.

Pada bagian membuat pendahuluan, pendahuluan dapat dimulai dengan beberapa hal, sebagai berikut : Pertama, memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya berbentuk apa saja, dan prestasi apa saja yang diperoleh. Pada bagian pendahuluan dalam “Demokrasi Digital” ini peresensi tidak memperkenalkan dengan detail siapa pengarangnya, karyanya apa saja, dan apa prestasi yang pernah diperoleh. Peresensi hanya menulis garis besarnya saja. Kedua, membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pengarang lain. Pada bagian ini, peresensi membandingkan buku tersebut dengan buku sejenis lainnya, hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut “Buku ini secara garis besar berkontribusi penting dalam menciptakan wacana terhadap prospek dan tantangan demokrasi digital di Indonesia. Sebelumnya buku-buku sejenis telah berupaya mengupas tema seperti halnya....”. Ketiga, memaparkan kekhasan atau sosok pengarang, pada bagian ini peresensi tidak memaparkan kekhasan atau sosok pengarang. Keempat, memaparkan keunikan buku. Keunikan buku dalam resensi “Demokrasi Digital” telah di paparkan oleh sang peresensi, dengan kutipan “Buku ini melengkapi kajian-kajian sebelumnya tersebut melalui bahasan transformasi demokrasi yang semula sifatnya spasial menjadi digital melaui terbentuknya beragam ruang siber...”. Kelima, merumuskan tema, peresensitidak merumuskan tema. Keenam, mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku, peresensi tidak mengungkapan kritik terhadap kelemahan buku. Ketujuh, mengungkapkan kesan terhadap buku, peresensi mengungkapkan kesan terhadap buku, namun tidak disertai dengan alasan mengapa terkesan dengan buku tersebut. Dapat dibuktikan dalam kutipan berikut “ ... buku ini mampu memberikan sumbangan literasi penting mengenai relasi internet dan politik di Indonesia. Kedelapan, mengajukan pertanyaan, peresensi tidak mengajukan pertanyaan. Kesembilan, membuka dialog, peresensi juga tidak membuka dialog.

Dalam membuat tubuh atau Pernyataan Resensi Buku biasanya memuat beberapa hal, yaitu : Pertama, sinopsis atau isi buku secara benar dan kronologis. Pada bagian awal resensi, peresensi menuliskan sinopsis isi buku secara benar dan kronologis, berikut kutipannya “Demokrasi digital adalah istilah baru dalam menjelaskan persilangan relasi antara pengguna media sosial, pemenuhan representasi, dan artikulasi kepentingan, serta penguatan kelas menengah.....”. Kedua, ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya. Peresensi menuliskan dua ulasan singkat buku dengan kutipannya. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut “Secara harfiah pengertian demokrasi digital dapat dipahami sebagai implementasi demokrasi yang tidak terkungung pada limitasi ruang,.... (hal 149-150)” dan kutipan berikut “Melekatnya fungsi media sosial dengan publik kelas menengah terhadap isu politik dikarenakan internet menciptakan adanya sensasi meruang.... (hal 122)”. Ketiga, keunggulan buku, peresensi menuliskan keunggulan buku dengan kutipan berikut “Buku ini secara garis besar menampilkan beragam kajian literatur demokrasi digital, utamanya kajian dari luar untuk melihat sisi teoretik kemungkinan penerapannya dalam kasus Indonesia.” Keempat, kelemahan buku, peresensi juga menuliskan kelemahan buku yang diresensi, “... Buku ini kurang mengupas secara lebih detail mengenai praktiknya demokrasi digital di Indonesia, terlebih mengenai kontestasi kuasa antara pemerintah melalui UU ITE dan resistensi publik terhada keterbukaan internet sebagai ruang alternatif demokrasi baru”. Kelima, rumusan kerangka buku, ada rumusan kerangka buku, hal ini dapat dibuktikan dengan melihat judul yang dicetak tebal dalam resensi tersebut yaitu “Nilai utama demokrasi” dan “Prinsip demokrasi digital”. Keenam, tinjauan bahasa (mudah atau berbelit-belit), peresensi tidak menjelaskan apakah bahasa yang digunakan pengarang mudah atau berbelit-belit. Ketujuh, adanya kesalahan cetak, peresensi juga tidak memberitahu apakah ada kesalahan cetak atau tidak.
Pada bagian penutup bagian akhir resensi biasanya diakhiri dengan sasaran yang dituju oleh buku itu. kemudian diberikan penjelasan juga apakah memang buku itu cocok dibaca oleh sasaran yang ingin dituju oleh pengarang atau tidak, kemudian diberikan pula alasan-alasan yang logis. Peresensi “Demokrasi Digital” menggunakan penutup resensi dengan kurang baik, karena peresensi tidak memberikan penjelasan apakah buku itu cocok dibaca atau tidak dan tidak menjelaskan alasan-alasan yang logis.

Kesimpulan yang dapat saya ambil dalam resensi “Demokrasi Digital” karya Warsito Raharjo Jati yang seorang Peneliti di Pusat Penelitian Politik LIPI pada koran Kompas, Sabtu, 11 Maret 2017 sudah cukup baik, namun masih memiliki beberapa kekurangan. Seharusnya peresensi menuliskan rujukan yang ia tulis menggunakan teorinya siapa, supaya masyarakat yang membacanya mengetahui hal itu, dan bisa dipelajari untuk resensi yang selanjutnya. Supaya tidak dikatakan ia menulis resensi menggunakan teorinya sendiri. Dengan demikian, hasil resensi yang dituliskan peresensi dapat dikatakan sangat bagus dan menarik untuk dijadikan pemasaran pada buku yang ia resensi.