Senin, 09 Januari 2017

ANALISIS FRASA PREPOSISIONAL PADA CERPEN PELANGI DI LANGIT SENJA KARYA MIA RAHMAWATI Oleh Anastasia Rita






TUGAS AKHIR SINTAKSIS
ANALISIS FRASA PREPOSISIONAL PADA CERPEN PELANGI DI LANGIT SENJA KARYA MIA RAHMAWATI Oleh: Anastasia Rita                
Dosen Pengampu: Dr. Miftahul Khairah A., M.Hum., M.Phil.

Di susun oleh :
Anastasia Rita Chary Rosa (2125151445)
2 Sastra Indonesia Linguistik

PRODI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2017


KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan rahmat serta karunianya  kepada peneliti, sehingga makalah analisis cerpen menggunakan Frasa Preposisional ini dapat terselesaikan.
            Ucapan terima kasih tidak lupa peneliti  haturkan kepada segenap  pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Terimakasih pula kepada Dosen kami  yang telah membimbing kami selama dalam perkuliahan dan penyusunan makalah ini.
            Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan pembaca pada umumnya.

                                                                             


         Jakarta, 7 Januari 2017


      Peneliti









                                                                     BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang Masalah
Sintaksis merupakan ilmu yang mempelajari tentang tata bahasa. Sintaksis juga dapat dikatakan tata bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan. Sintaksis secara etimologi berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata, kelompok kata menjadi kaliamat. Ramlan (1986:21) menyatakan bahwa istilah sintaksis berasal dari bahasa  Belanda yaitu syntaxis, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut synta. Sintaksis merupakan bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk kalimat, klausa, dan frasa. Selain itu sintaksis mempelajari hubungan gramatika di luar batas kata, tetapi di dalam satuan yang kita sebut kalimat.
Dalam berbagai batasan para ahli, frasa selalu didefinisikan sebagai aturan bahasa yang terdiri atas dua konstituen atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Mulyono (2012:11) membuat rumusan bahwa frasa itu merupakan satuan ketatabahasaan; terdiri atas dua kata atau lebih; unsur kalimat yang tidak melewati batas fungsi,  sebuah konstruksi frasa bisa terdiri atas frasa-frasa yang lebih kecil, hubungan antar komponen frasa itu tidak bersifat predikatif dan tidak bersifat majemuk, hubungan pembangun frasa bisa kata dan kata, kata dan frasa, dan bisa juga frasa dan frasa.  Frasa terdiri atas frasa ekosentris dan frasa endosentris.
  Menurut Kridalaksana (dalam Khairah, Miftahul dan Sakura Ridwan, 2014:9), sintaksis adalah subsistem tata bahasa mencakup kata dan satuan-satuan yang lebih besar dari kata serta hubungan antara satuan itu. Adapun menurut Chaer (2015: 3), sintaksis adalah subsistem kebahasaan yang membicarakan penataan dan pengaturan kata-kata itu ke dalam satuan-satuan yang lebih besar, yang disebut satuan sintaksis, yakni kata, frasa, klausa, kalimat dan wacana.
Menurut Sulistyowati (2012:25) struktur frasa terdiri atas, struktur frasa nominal,  struktur frasa verbal, struktur  frasa ajektival, struktur frasa preposisional, dan struktur frasa numeralia. Selain itu, berdasarkan persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frasa dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu frasa nominal, frasa verbal, frasa bilangan dan frasa keterangan (Ramlan, 2005). Lebih lanjut, Samsuri (1985) dalam Mulyono (2012 memperlihatkan bahwa kategori frasa terbagi atas frasa nomina,  frasa verba, frasa adjektiva, frasa numeralia, dan frasa preposisi.
Sintaksis berperan penting dalam analisis frasa, seperti yang dikemukakan oleh Verhaar (1992:97) analisis frasa pasti termasuk bidang sintaksis, karena menyangkut hubungan antar-kata, meskipun dalam konstituen terbatas. Preposisi dipakai untuk menjelaskan pertalian kata-kata. Preposisi biasanya di awali dengan di. Frasa preposisional di banyak ditemukan dalam kalimat dan klausa yang tedapat dalam kumpulan cerpen maupun novel.
Banyak permasalahan yang sering kita temui dalam sintaksis. Misalnya banyak yang sering mempermasalhkan antara frasa dengan kata, ada yang membedakan dan ada yang mengatakan keduanya itu sama. Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis bermaksud menganalisis frasa depan/preposisional yang digunakan dalam cerpen, dengan judul “Analisis Penggunaan Frasa Preposisional Pada Cerpen Pelangi di Langit Senja Karya Mia Rahmawati”.

1.2    Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang penulis paparkan ialah:
1.      Bagaimana struktur fungsional kalimat-kalimat yang mengandung frasa depan/preposisional dalam cerpen yang berjudul “Pelangi di Langit Senja” Karya Mia Rahmawati.
2.      Bagaimana penggunaan frasa depan/preposisional dalam cerpen yang berjudul “Pelangi di Langit Senja” Karya Mia Rahmawati.


 1.3    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1.      Untuk mengetahui struktur fungsional kalimat-kalimat yang mengandung frasa preposisional dalam cerpen yang berjudul “Pelangi di Langit Senja” Karya Mia Rahmawati.
2.      Untuk mengetahui penggunaan frasa depan/preposisional dalam cerpen yang berjudul “Pelangi di Langit Senja” Karya Mia Rahmawati.




 BAB II
KAJIAN TEORETIK
 
2.1  Pengertian dan Hakikat Cerpen
Cerita pendek atau lebih populer dengan istilah cerpen berasal dari bahasa Inggris, short story. Cerpen termasuk salah satu karya sastra yang berbentuk prosa naratif fiktif. Panjang suatu cerpen bervariasi. Ada cerpen yang pendek, bahkan mungkin pendek sekali (sekitar 500 kata); ada yang panjangnya sedang; serta ada cerpen yang panjang, terdiri atas puluhan (bahkan beberapa puluh) ribu kata.

         Thahar (2008:5) mengatakan bahwa jalannya  peristiwa di dalam cerpen biasanya lebih padat. Sementara itu, latar maupun kilas baliknya disinggung sambil lalu saja. Hal ini berbeda dengan novel, yang memiliki detail latar yang lebih komplit. Meski demikian, jika ditilik dari jalannya peristiwa, cerpen bukanlah bentuk ringkas dari novel. Di dalam cerpen, hanya ditemukan sebuah peristiwa yang didukung oleh peristiwa-peristiwa kecil lainnya.

         Cerpen adalah cerita pendek dan merupakan suatu kebulatan ide. Dalam kesingkatan dan kepadatannya itu, sebuah cerpen lengkap, bulat, dan singkat. Artinya, semua bagian cerpen harus terikat pada suatu kesatuan jiwa, yaitu pendek, padat, dan lengkap; tidak ada bagian yang tidak penting (Tarigan, 2011:180).

         Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa cerpen adalah sebuah karya sastra dalam bentuk prosa naratif fiktif. Cerpen hanya membahas satu fragmen dalam kehidupan manusia. Biasanya cerpen hanya menceritakan suatu peristiwa besar yang didukung oleh peristiwa-peristiwa kecil lainnya
.

2.2  Pengertian Frasa
Frasa atau frase adalah sebuah makna linguistik. Lebih tepatnya, frasa merupakan satuan linguistik yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa dan kalimat. Frasa adalah kumpulan kata nonpredikatif. Artinya frasa tidak memiliki predikat dalam strukturnya. Itu yang membedakan frasa dari klausa dan kalimat.
Frasa adalah gabungan atau kesatuan kata yang terbentuk dari dua kelompok kata atau lebih yang memiliki satu makna gramatikal (makna yang berubah-ubah menyesuaikan dengan konteks). Singkatnya frasa adalah gabungan dari dua kata atau lebih namun tidak dapat membentuk kalimat sempurna karena tidak memiliki predikat.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (Mulyono, dkk, 1991: 281) dikemukakan bahwa frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif. Sejalan itu, Parera (1993 : 32) mengemukakan bahwa frasa adalah suatu konstruksi yang dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih, baik dalam bentuk sebuah pola kalimat maupun tidak. Senada dengan pengertian di atas Ramlan (dalam Djumingin, 2001: 3) mengemukakan bahwa frasa dalah satuan limguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas subjek atau predikat dengan kata lain sifatnya tidak predikatif. Demikian pula yang di kemukakan oleh Chaer (1994: 222) bahwa frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis dalam kalimat.
Dari keempat pengertian frasa yang di kemukakan di atas, tampaknya tidak mempunyai perbedaan yang mendasar, kecuali dari segi redaksi kalimat. Dari pengertian frasa di atas dapat di kemukakan beberapa unsur dalam frasa, yaitu: 1) frasa terdiri dari dua kata atau lebih, 2) nonpredikat, 3) dapat menduduki fungsi sintaksis. Dari ketiga unsur tersebut dapat disimpulkan bahwa frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang non predikatif yang dapat menduduki fungsi sintaksis.


2.3  Pengertian dan Hakikat Frasa Preposisional
       Frasa Depan atau Frasa Preposisional: frasa yang terdiri atas kata depan dengan kata lain sebagai unsur penjelas.
       Contoh Frasa Preposisional:
-       Dari sana
-       Ke Pasar
-       Dengan kaki
-       Di Sekolah
-       Kepada anaknya
-       Oleh saya



 BAB III
PEMBAHASAN

3.1  Lampiran Cerpen “Pelangi di Langit Senja” Karya Mia Rahmawati
"Senja? Namamu Senja?" Tanya pemuda di hadapanku ini untuk yang kesekian kalinya. namun mulutku masih membisu, tanpa suara. Kulangkahkan kaki meninggalkan pemuda asing itu, namun ia malah mengikuti langkahku. Langkah kami beriringan dalam kebisuan. Aku tak suka padanya, sok kenal,yang aku tahu namanya adalah Fajri, anak baru pindahan dari Yogyakarta.Tapi, ia selalu saja mendekatiku dan memanggilku senja, nama yang sangat kubenci di dunia ini. "Pelangi..!" Seseorang berteriak memanggilku, langkahku seketika berhenti."Ya ampun kau meninggalkanku di perpustakaan karena ingin bertemu dengan pemuda ini? "tanya Anita sambil tersenyum menggoda. Saat ini, detik ini, untuk pertama kalinya kutatap lekat wajah Fajri, lumayan juga... aahh, kenapa jadi begini?"Kau dengar saudara Fajri yang terhormat?Namaku adalah PELANGI, bukan Senja. Ingat itu! "dan pertama kalinya aku bicara padanya. Kakiku kembali melangkah diikuti Anita. Fajri masih terpaku di tempatnya."Kenapa Pelangi..." Gumamnya pelan, senyum terpaksa tersungging di bibirku. Tentu saja namaku Pelangi dan tidak boleh ada yang mengubah namaku, apalagi mengubahnya menjadi Senja. Sebuah kata yang amat kubenci didunia ini.

Angin pagi membelai lembut tubuhku, bersandar manja pada pada rambutku yang terurai panjang. Langkahku terhenti saat melewati depan ruang kelas XII IPA1 yang merupakan ruang kelasku. Seorang lelaki tampak sedang duduk disalah satu kursi membelakangiku. Tumben jam segini sudah ada orang yang datang di kelas ini, inikan masih jam setengah tujuh. Biasanya hanya akulah seorang yang datang sepagi ini. Apa jangan-jangan dia makhluk halus penghuni kelas ini? Ihhh... serem deh. Tapi, aku udah hampir setahun di kelas ini, dan selama ini aku enggak pernah liat apa-apa. Jadi merinding nih! Perlahan kumasuki ruang kelas yang tiba-tiba mengeluarkan hembusan angin aneh, membuat perasaanku semakin tidak enak.
      "Fajri...???!!!" Teriakku begitu melihat wajah orang yang ada di dalam kelas, bagaimana ia bisa sudah ada disini? Bukankah biasanya ia selalu terlambat? Ia tersenyum padaku. "Rambut kamu bagus..." Ucapnya tiba-tiba. oow... Rambutku lupa diikat. Tanganku sibuk mencari tali rambutku di tas, tapi tak ketemu. Aduh, kemana sih? "Kau mencari ini?" Tanyanya sambil mengulurkan tangannya yang di genggam. Kemudian, dengan perlahan kepalannya terbuka. Menunjukkan sebuah tali rambut berwarna orange bergambar binatang Koala. Jantungku seketika berdegup kencang. Dari mana ia dapatkan tali rambut itu? "Bukan hanya ini, tapi juga yang ada di papan tulis...." Ucapnya lagi. Dengan ragu, keputar arah tubuhku menghadap ke papan tulis. Jantungku kembali berdegup dengan sangat kencang. Di papan tulis ada sebuah lukisan 3 anak remaja yang salah satunya adalah diriku. Sudah lama sekali aku tak melihat lukisan itu. Berbagai kelebatan peristiwa dua tahun lalu hinggap di benakku. Aku tak mau dan tak pernah mau, air mataku merebak dengan sendirinya tanpa bisa kutahan. Aku benci lukisan itu. Aku benci senyum yang tersungging di bibir ketiga remaja itu. Aku benci peristiwa itu terpaksa harus kuingat lagi.
"Aku tahu...... bagaimana hatimu sebenarnya..." Ucap Fajri lekat menatapku. Aku hanya bisa menggeleng dan mundur. Kakiku dengan cepat menurui tangga-tangga yang baru saja kulewati tadi. Anak-anak lain mulai berdatangan, tapi aku terus berlari tanpa menghiraukan Embun bening dimataku masih keluar dengan sendirinya. Kenapa? Kenapa aku harus ingat semua ini lagi? Kenapa? Ratapku pada diri sendiri. Bagaimana Fajri bisa mendapatkan tali rambut itu? Tali rambut yang dulu sangat kusayangi, tapi begitu kubenci saat ini. Tali rambut yang biasa ku sebut Tali rambut kehidupan. Bagaimana Fajri bisa mendapatkan lukisan itu? Lukisan paling indah yang pernah kulihat karna yang melukisnya adalah seorang lelaki yang dulu amat sangat kusayangi. Tapi sekarang aku sangat membenci lukisan itu. Dulu, hidupku penuh dengan kebahagiaan, canda, tawa, dan cinta yang kudapatkan dari 2 orang sahabatku, Sanju dan Reno. Orang yang ada di lukisan itu. Aku sangat menyayangi mereka berdua. Mereka adalah duniaku. Tapi, semakin bertambahnya usia kami, aku merasakan sesuatu yang ganjal pada Reno. Awalnya, aku tak tahu apa itu? Hingga suatu hari Reno tiba-tiba mengajakku untuk pergi hanya berdua saja, tanpa mengajak Sanju. Biasanya, kami selalu bertiga dan tak pernah terpisahkan."Kenapa kita hanya berdua?" Tanyaku waktu itu. "Aku ingin pergi denganmu saja....." Jawabnya singkat. Aku masih bersikap biasa, meski saat bersamanya jantungku terus berdegup tak karuan. "Kamu tahu, kenapa hari ini aku mengajakmu saja tanpa mengajak Sanju?" Aku hanya menggeleng saat itu. "Karena aku ingin kencan pertamaku adalah bersama dirimu Senja..." Ucapnya lembut. "Mungkin ini suatu kesalahan besar, tapi aku benar-benar jatu cinta denganmu. Bukan sebagai Sahabat, juga bukan sebagai Koalamu yang lucu....Tapi perasaan seorang lelaki kepada seorang wanita. Aku hanya ingin bilang bahwa aku mencintaimu”. Reno langsung pergi setelah mengucapkan kata-kata itu. Aku masih terpaku dengan apa yang baru saja kudengar. Aku tak tau, aku bahagia sekali mendengarnya. Cinta?? Aku tahu, perasaan aneh yang ku rasakan saat bersamanya adalah perasaan cinta. Hatiku bahagia sekali malam itu.
Pagi harinya, aku ke sekolah seperti biasa dengan hati yang berbunga-bunga. Tapi apa yang kulihat pagi itu juga? Reno dan Sanju berjalan bergandengan dengan begitu mesranya. "Senja, mungkin ini suatu kesalahan besar dalam persahabatan kita. Tapi aku jatuh cinta pada Reno, dan ternyata Reno juga mencintaiku." Ucap Sanju dengan ceria. Aku tak bisa menahan perasaanku. Pada saat itu juga, aku berlari dari mereka. Dari kenyataan yang sangat menyayat hatiku. Dari ketakutan akan kekecewaan, tanpa mau mendengar penjelasan dari siapapun, kuputuskan untuk pindah sekolah secepatnya dan sekarang sudah dua tahun aku berada di sekolah baru, dengan suasana baru, dan dengan cerita baru. Kenapa tiba-tiba ada Fajri yang mengingatkanku akan semua hal menyakitkan itu. Air mataku masih betah mengalir membasahi pipiku.
"Sayang.... buka pintunya dong! Jangan buat tante khawatir." Suara tante Ida masih terus terdengar mengetuk pintu kamarku. Sejak kemarin aku mengurung di kamar. Aku tak mau bicara dengan siapapun. "Ada temen kamu yang mau ketemu nih." Tante Ida masih memanggil. "Namanya Fajri. Dia bilang dia pacar kamu dan dia mau minta maaf."  Aku tersentak mendengar penuturan tante Ida. Fajri? Pacarku? Waaahh... dia mau cari masalah. Segera kubuka pintu kamar, tante Ida tersenyum ramah. "Dia ada di bawah. Pacar kamu ganteng banget, kok dia mau ya sama orang jelek kayak kamu?" goda tante Ida, aku hanya cemberut. Pacar dari mana? Dari India?
Dengan berat, kulangkahkan kakiku ke lantai bawah. Aku mau nemuin dia karena aku harus labrak dia. Berani-beraninya ngaku-ngaku pacarku. Emang sih dia itu ganteng. Aduh... keceplosan lagi! "Hai..’ Sapanya lembut sambil tersenyum. Masih sempat ia tersenyum di atas penderitaanku? Tak sadarkah ia bahwa ia telah mengusik ketenanganku? "Kamu harus ikut denganku ke suatu tempat." Ucapnya lagi. Awalnya aku tak mau, tapi tante Ida malah mendukung Fajri dan memintaku untuk ikut bersamanya. Dengan terpaksa aku mengikutinya. Motornya berhenti di depan sebuah rumah sakit swasta di Jakarta. Kenapa ia membawaku ke rumah sakit? Fajri sama sekali tak mau menjelaskan. Langkah kami berhenti di depan sebuah kamar vip. "Lihatlah siapa yang sedang tertidur di dalam itu?" Ucapnya tiba-tiba. Dengan malas, kulongokkan kepalaku di kaca pintu kamar. Seorang wanita sedang tertidur. "Aku sudah melihatnya, lalu sekarang bagaimana?" Tanyaku masih dengan cuek. Fajri tersenyum lembut. Tangannya menggenggam tanganku dan menarikku untuk memasuki kamar itu.
Aku tak bisa menahan rasa terkejutku. "Sanju?" Ucapku tanpa sadar. Fajri meletakkan jari telunjuknya dibibir. "Jangan mengganggunya. Aku akan mengatakan sesuatu padamu." Fajri kembali menarik tanganku dan menuntunku untuk ke taman rumah sakit. "Kau pasti mengenal gadis itu kan? Ya, namanya Sanju. Gadis yang amat sangat kucintai dulu. Tapi itu dulu sebelum aku bertemu dengan wanita luar biasa yang mengacaukan hatiku setiap kali menatapnya. Kau tau, Dua tahun lalu Sanju di diagnosa bahwa ia mempunyai tumor di otaknya. Satu-satunya cara agar ia sembuh adalah dengan mengangkat tumornya. Tapi ia harus rela kehilangan separuh ingatannya. Tapi ia berkeras tidak mau di operasi, ia takut melupakan semua kenangan tentang seseorang yang amat sangat disayanginya. “Kau tahu bukan siapa orang itu?" Fajri menjelaskan dengan begitu runtun. Ini tak mungkin, Sanju sakit? Ia tidak mau dioperasi karna takut kehilangan ingatan tentang orang yang amat di sayanginya. "Aku tahu, pasti Reno." Jawabku pelan. Fajri menghela nafas. "Penyakitnya semakin parah, hingga sebulan yang lalu, ia sama sekali tak sanggup menahan sakit di kepalanya. Tanpa persetujuan dari Sanju sebelumnya, orangtuanya memutuskan untuk melakukan operasi. Tapi, penyakitnya sudah sangat parah. Jadi, saat selesai operasi dokter bilang ia akan kehilangan seluruh ingatannya. Setelah Sanju sadar, benar kata dokter. Ia tak mengingat apa-apa selain satu kata sekaligus sebuah nama." Fajri tak melanjutkan kata-katanya, suasana masih hening. Tentu saja, air mataku kembali merebak. Bagaimana mungkin aku meninggalkan sahabatku dalam keadaan sakit? Kenapa waktu itu aku sama sekali tak mau mendengar penjelasan Reno? "Satu-satunya yang di ingat Sanju hanyalah. "Fajri melanjutkan kata-katanya, aku menanti. "SENJA, hanya itu yang di ingatnya nama orang yang amat sangat disayanginya. Kau juga menyayanginyakan, Pelangi Senja?" Aku sama sekali tak bisa berkata-kata, aku tak tahu harus berbuat apa. Sore ini, aku menemani Sanju untuk melihat Senja. Tadi, hujan mengguyur kota, jadi sekarang nampak sinar Pelangi di ufuk barat. Momen yang sangat indah. Dua orang sahabat kembali bersatu, ditemani oleh cahaya pelangi di langit senja.

3.2 Analisis Struktur Fungsional Kalimat dan Frasa Preposisional pada Cerpen “Pelangi di Langit Senja Karya Mia Rahmawati”
1)        Di hadapanku ini   untuk yang kesekian kalinya.
   K                                     Pel
Kalimat (1) berpola: keterangan, dan subjek. Frasa preposisional di berupa keterangan tempat di hadapanku berfungsi untuk menyatakan keberadaan yang datang berkali-kali. Di- merupakan preposisi yang berfungsi sebagai petanda dan diikuti oleh hadapanku yang berfungsi sebagai petanda nomina penunjuk keberadaan yang datang berkali-kali.
2)        Sebuah kata  yang amat kubenci  di dunia ini.
     S                        P                        K
Kalimat (2) berpola: subjek, predikat, dan keterangan. Frsa preposisional di berupa keterangan tempat di dunia berfungsi untuk menyatakan ungkapan kehidupan manusia. Di- merupakan preposisi yang berfungsi sebagai petanda dan diikuti oleh dunia yang berfungsi sebagai petanda nomina penunjuk ungkapan kehidupan manusia.
3)         Kemarin  aku  mengurung  di kamar.
             K         S            P             K
Kalimat (3) berpola: keterangan, subjek, predikat, dan keterangan. Frasa preposisional di berupa keterangan tempat di kamar berfungsi untuk  menyatakan tempat  perbuatan yang dilakukan. Di- merupakan preposisi yang berfungsi sebagai petanda dan diikuti oleh kamar yang berfungsi sebagai petanda nomina penunjuk tempat perbuatan yang dilakukan.
4)        Sinar Pelangi  di Ufuk Barat.
               S                       K
Kalimat (4) berpola: subjek dan keterangan. Frasa preposisional di berupa keterangan tempat di Ufuk Barat berfungsi untuk menyatakan tempat atau keberadaan penglihatan  semesta alam. Di- merupakan preposisi yang berfungsi sebagai petanda dan diikuti oleh Ufuk Barat yang berfungsi sebagai petanda nomina penunjuk tempat atau keberadaan penglihatan  semesta alam.
5)         Di depan  sebuah rumah sakit swasta.
              K                          S 
Kalimat (5) berpola: keterangan dan subjek. Frasa preposisional di berupa keterangan tempat di depan berfungsi untuk menyatakan tempat yang dekat dengan pembicara. Di- merupakan preposisi yang berfungsi sebagai petanda dan diikuti oleh depan yang berfungsi sebagai petanda nomina penunjuk tempat yang dekat dengan pembicara.
6)        Dari mana  ia  dapatkan  tali rambut itu.
               K         S         P                 O
Kalimat (6) berpola: keterangan, subjek, predikat, dan objek. Frasa preposisional di berupa keterangan tempat dari mana berfungsi untuk menanyakan keberadaan suatu benda. Dari- merupakan preposisi yang berfungsi sebagai petanda dan diikuti oleh mana yang berfungsi sebagai petanda pronomina untuk menanyakan keberadaan suatu benda.
7)        Di  bibir  ketiga remaja itu.
            K                   S
Kalimat (7) berpola: keterangan dan subjek. Frasa preposisional di berupa keterangan tempat di bibir berfungsi untuk menyatakan alat pengucapan manusia. Di- merupakan preposisi yang berfungsi sebagai petanda dan diikuti oleh bibir yang berfungsi sebagai petanda nomina untuk menyatakan alat pengucapan manusia.
8)        Berhenti  di depan sebuah kamar vip.
             P                          K
Kalimat (8) berpola: predikat dan keterangan. Frasa preposisional di berupa keterangan tempat di depan berfungsi untuk menyatakan tempat yang dekat dengan pembicara. Di- merupakan preposisi yang berfungsi sebagai petanda dan diikuti oleh depan yang berfungsi sebagai petanda nomina penunjuk tempat yang dekat dengan pembicara.
9)        Tersenyum  di atas penderitaanku.
               P                         K    
Kalimat (9) berpola: predikat dan keterangan. Frasa preposisional di berupa keterangan tempat di atas berfungsi untuk menyatakan perasaan luka yang dekat dengan pembicara. Di- merupakan preposisi yang berfungsi sebagai petanda dan diikuti oleh atas yang berfungsi sebagai petanda nomina untuk menyatakan perasaan luka yang dekat dengan pembicara.
10)    Membawa   ku  ke rumah sakit
              P           S            K
Kalimat (10) berpola: predikat, subjek, dan keterangan. Frasa preposisional ke berupa keterangan tempat berfungsi untuk menyatakan tempat yang dituju. Ke- merupakan preposisi yang berfungsi sebagai petanda dan diikuti oleh rumah sakit yang berfungsi sebagai petanda nomina untuk menyatakan tempat yang dituju.

11)    Ku  langkahkan  kakiku  ke lantai bawah
        S            P             O                 K
Kalimat (11) berpola: subjek, predikat, objek, dan keterangan. Frasa preposisional ke berupa keterangan tempat berfungsi untuk menyatakan bagian tempat terdekat dengan pembicara. Ke- merupakan preposisi yang berfungsi sebagai petanda dan diikuti oleh lantai bawah  yang berfungsi sebagai petanda nomina untuk menyatakan tempat terdekat dengan pembicara.
12)    di mata  ku  masih keluar dengan sendirinya
             K      S                          P
Kalimat (12) berpola: keterangan, subjek, dan predikat. Frasa preposisional di berupa keterangan tempat di mata  berfungsi untuk menyatakan alat penglihatan manusia. Di- merupakan preposisi yang berfungsi sebagai petanda dan diikuti oleh mata yang berfungsi sebagai petanda nomina untuk menyatakan alat penglihatan manusia.
13)    Hinggap  di benak  ku
             P             K       S
Kalimat (13) berpola: predikat, keterangan dan subjek. Frasa preposisional di berupa keterangan tempat di benakku berfungsi untuk menyatakan perasaan yang muncul. Di- merupakan preposisi yang berfungsi sebagai petanda dan diikuti oleh benak  yang berfungsi sebagai petanda nomina untuk menyatakan perasaan yang muncul.
14)    Dia   ada  di bawah
         S       P         K
Kalimat (14) berpola: subjek, predikat, dan keterangan. Frasa preposisional di berupa keterangan tempat di bawah  berfungsi untuk menyatakan tempat yang dekat dengan pembicara. Di- merupakan preposisi yang berfungsi sebagai petanda dan diikuti oleh bawah  yang berfungsi sebagai petanda nomina penunjuk tempat yang dekat dengan pembicara.


BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
Berdasarkan analisis penggunaan frasa pada cerpen “Pelangi di Langit Senja” karya Mia Rahmawati, dapat disimpulkan bahwa frasa-frasa yang digunakan dalam cerpen tersebut yaitu menggunakan frasa depan/preposisi. Berdasarkan struktur fungsional kalimat ditemukan 14 pola kalimat yaitu: KkonjPel, SkonjPK, KSPK, SK, KS, KSPO, KS, PK, PK, PSK, SPOK, KSPKonj, PKS, SPK.

4.2  Saran
Dengan adanya hasil analisis ini, penulis mengharapkan kepada para pembaca setelah membaca, mempelajari serta memahami ihwal seluruh isi analisis ini dan menerapkan dalam konteks berbahasa yang baik dan benar. Selain itu, penulis juga mengharapkan agar para peneliti lain dapat mengembangkan penelitian lanjutan mengenai frasa preposisional menjadi lebih baik lagi, agar hasil analisis lebih intensif.


 
 DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.
Ramlan, M. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: Karyono.
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: PT Rineka Cipta.
 Kridalaksana, Harimurti. 2005. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Khairah, Miftahul dan Sakura Ridwan. Sintaksis. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar