TUGAS
AKHIR SINTAKSIS
ANALISIS FRASA PREPOSISIONAL PADA CERPEN PELANGI DI LANGIT SENJA KARYA MIA
RAHMAWATI Oleh: Anastasia Rita
Dosen
Pengampu: Dr. Miftahul Khairah A., M.Hum., M.Phil.
Di
susun oleh :
Anastasia
Rita Chary Rosa (2125151445)
2
Sastra Indonesia Linguistik
PRODI
SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS
NEGERI JAKARTA
2017
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan rahmat serta karunianya kepada peneliti, sehingga makalah analisis
cerpen menggunakan Frasa Preposisional ini dapat terselesaikan.
Ucapan terima kasih
tidak lupa peneliti haturkan kepada
segenap pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Terimakasih pula kepada Dosen kami yang telah membimbing kami selama dalam
perkuliahan dan penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami dan pembaca pada umumnya.
Jakarta, 7 Januari 2017
Peneliti
|
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Sintaksis merupakan ilmu yang
mempelajari tentang tata bahasa. Sintaksis juga dapat dikatakan tata bahasa
yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan. Sintaksis secara etimologi
berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata, kelompok kata
menjadi kaliamat. Ramlan (1986:21) menyatakan bahwa istilah sintaksis berasal
dari bahasa Belanda yaitu syntaxis, sedangkan dalam bahasa Inggris
disebut synta. Sintaksis merupakan bagian dari ilmu bahasa yang
membicarakan seluk beluk kalimat, klausa, dan frasa. Selain itu sintaksis
mempelajari hubungan gramatika di luar batas kata, tetapi di dalam satuan yang
kita sebut kalimat.
Dalam berbagai batasan para ahli,
frasa selalu didefinisikan sebagai aturan bahasa yang terdiri atas dua
konstituen atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Mulyono (2012:11) membuat rumusan bahwa frasa itu merupakan satuan
ketatabahasaan; terdiri atas dua kata atau lebih; unsur kalimat yang tidak
melewati batas fungsi, sebuah konstruksi frasa bisa terdiri atas frasa-frasa
yang lebih kecil, hubungan antar komponen frasa itu tidak bersifat predikatif
dan tidak bersifat majemuk, hubungan pembangun frasa bisa kata dan kata, kata
dan frasa, dan bisa juga frasa dan frasa. Frasa terdiri atas frasa
ekosentris dan frasa endosentris.
Menurut Kridalaksana (dalam
Khairah, Miftahul dan Sakura Ridwan, 2014:9), sintaksis adalah subsistem tata
bahasa mencakup kata dan satuan-satuan yang lebih besar dari kata serta
hubungan antara satuan itu. Adapun menurut Chaer (2015: 3), sintaksis adalah
subsistem kebahasaan yang membicarakan penataan dan pengaturan kata-kata itu ke
dalam satuan-satuan yang lebih besar, yang disebut satuan sintaksis, yakni
kata, frasa, klausa, kalimat dan wacana.
Menurut Sulistyowati (2012:25)
struktur frasa terdiri atas, struktur frasa nominal, struktur frasa
verbal, struktur frasa ajektival, struktur frasa preposisional, dan
struktur frasa numeralia. Selain itu, berdasarkan persamaan distribusi dengan golongan
atau kategori kata, frasa dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu frasa
nominal, frasa verbal, frasa bilangan dan frasa keterangan (Ramlan, 2005).
Lebih lanjut, Samsuri (1985) dalam Mulyono (2012 memperlihatkan bahwa kategori
frasa terbagi atas frasa nomina, frasa verba, frasa adjektiva, frasa
numeralia, dan frasa preposisi.
Sintaksis
berperan penting dalam analisis frasa, seperti yang dikemukakan oleh Verhaar
(1992:97) analisis frasa pasti termasuk bidang sintaksis, karena menyangkut
hubungan antar-kata, meskipun dalam konstituen terbatas. Preposisi dipakai
untuk menjelaskan pertalian kata-kata. Preposisi biasanya di awali dengan di. Frasa
preposisional di banyak ditemukan dalam kalimat dan klausa yang tedapat dalam
kumpulan cerpen maupun novel.
Banyak permasalahan yang sering kita temui dalam sintaksis. Misalnya banyak
yang sering mempermasalhkan antara frasa dengan kata, ada yang membedakan dan
ada yang mengatakan keduanya itu sama. Berdasarkan latar belakang masalah di
atas penulis bermaksud menganalisis frasa depan/preposisional yang digunakan
dalam cerpen, dengan judul “Analisis Penggunaan Frasa Preposisional Pada Cerpen
Pelangi di Langit Senja Karya Mia Rahmawati”.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang penulis
paparkan ialah:
1.
Bagaimana struktur fungsional kalimat-kalimat yang
mengandung frasa depan/preposisional dalam cerpen yang berjudul “Pelangi di Langit Senja” Karya Mia Rahmawati.
2.
Bagaimana penggunaan frasa depan/preposisional dalam
cerpen yang berjudul “Pelangi di Langit Senja” Karya Mia
Rahmawati.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini
yaitu:
1.
Untuk mengetahui struktur fungsional kalimat-kalimat
yang mengandung frasa preposisional dalam cerpen yang berjudul “Pelangi di Langit Senja” Karya Mia Rahmawati.
2.
Untuk mengetahui penggunaan
frasa depan/preposisional dalam cerpen yang berjudul “Pelangi di Langit Senja” Karya Mia Rahmawati.
BAB
II
KAJIAN
TEORETIK
2.1
Pengertian dan Hakikat Cerpen
Cerita
pendek atau lebih populer dengan istilah cerpen berasal dari bahasa Inggris, short
story. Cerpen termasuk salah satu karya sastra yang berbentuk prosa naratif
fiktif. Panjang suatu cerpen bervariasi. Ada cerpen yang pendek, bahkan mungkin
pendek sekali (sekitar 500 kata); ada yang panjangnya sedang; serta ada cerpen
yang panjang, terdiri atas puluhan (bahkan beberapa puluh) ribu kata.
Thahar (2008:5) mengatakan bahwa jalannya peristiwa di dalam cerpen biasanya lebih padat. Sementara itu, latar maupun kilas baliknya disinggung sambil lalu saja. Hal ini berbeda dengan novel, yang memiliki detail latar yang lebih komplit. Meski demikian, jika ditilik dari jalannya peristiwa, cerpen bukanlah bentuk ringkas dari novel. Di dalam cerpen, hanya ditemukan sebuah peristiwa yang didukung oleh peristiwa-peristiwa kecil lainnya.
Cerpen adalah cerita pendek dan merupakan suatu kebulatan ide. Dalam kesingkatan dan kepadatannya itu, sebuah cerpen lengkap, bulat, dan singkat. Artinya, semua bagian cerpen harus terikat pada suatu kesatuan jiwa, yaitu pendek, padat, dan lengkap; tidak ada bagian yang tidak penting (Tarigan, 2011:180).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa cerpen adalah sebuah karya sastra dalam bentuk prosa naratif fiktif. Cerpen hanya membahas satu fragmen dalam kehidupan manusia. Biasanya cerpen hanya menceritakan suatu peristiwa besar yang didukung oleh peristiwa-peristiwa kecil lainnya.
Thahar (2008:5) mengatakan bahwa jalannya peristiwa di dalam cerpen biasanya lebih padat. Sementara itu, latar maupun kilas baliknya disinggung sambil lalu saja. Hal ini berbeda dengan novel, yang memiliki detail latar yang lebih komplit. Meski demikian, jika ditilik dari jalannya peristiwa, cerpen bukanlah bentuk ringkas dari novel. Di dalam cerpen, hanya ditemukan sebuah peristiwa yang didukung oleh peristiwa-peristiwa kecil lainnya.
Cerpen adalah cerita pendek dan merupakan suatu kebulatan ide. Dalam kesingkatan dan kepadatannya itu, sebuah cerpen lengkap, bulat, dan singkat. Artinya, semua bagian cerpen harus terikat pada suatu kesatuan jiwa, yaitu pendek, padat, dan lengkap; tidak ada bagian yang tidak penting (Tarigan, 2011:180).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa cerpen adalah sebuah karya sastra dalam bentuk prosa naratif fiktif. Cerpen hanya membahas satu fragmen dalam kehidupan manusia. Biasanya cerpen hanya menceritakan suatu peristiwa besar yang didukung oleh peristiwa-peristiwa kecil lainnya.
2.2
Pengertian Frasa
Frasa atau frase adalah sebuah makna linguistik. Lebih tepatnya, frasa merupakan
satuan linguistik yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa dan
kalimat. Frasa adalah kumpulan kata nonpredikatif. Artinya frasa tidak memiliki
predikat dalam strukturnya. Itu yang membedakan frasa dari klausa dan kalimat.
Frasa
adalah gabungan atau kesatuan kata yang terbentuk dari dua kelompok kata atau
lebih yang memiliki satu makna gramatikal (makna yang berubah-ubah menyesuaikan dengan konteks). Singkatnya
frasa adalah gabungan dari dua kata atau lebih namun tidak dapat membentuk
kalimat sempurna karena tidak memiliki predikat.
Dalam
kamus besar bahasa Indonesia (Mulyono, dkk, 1991: 281) dikemukakan bahwa frasa
adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif. Sejalan itu,
Parera (1993 : 32) mengemukakan bahwa frasa adalah suatu konstruksi yang dapat
dibentuk oleh dua kata atau lebih, baik dalam bentuk sebuah pola kalimat maupun
tidak. Senada dengan pengertian di atas Ramlan (dalam Djumingin, 2001: 3)
mengemukakan bahwa frasa dalah satuan limguistik yang secara potensial
merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas subjek atau
predikat dengan kata lain sifatnya tidak predikatif. Demikian pula yang di
kemukakan oleh Chaer (1994: 222) bahwa frasa adalah satuan gramatikal yang
berupa gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis dalam kalimat.
Dari
keempat pengertian frasa yang di kemukakan di atas, tampaknya tidak mempunyai
perbedaan yang mendasar, kecuali dari segi redaksi kalimat. Dari pengertian
frasa di atas dapat di kemukakan beberapa unsur dalam frasa, yaitu: 1) frasa
terdiri dari dua kata atau lebih, 2) nonpredikat, 3) dapat menduduki fungsi
sintaksis. Dari ketiga unsur tersebut dapat disimpulkan bahwa frasa adalah
gabungan dua kata atau lebih yang non predikatif yang dapat menduduki fungsi
sintaksis.
2.3
Pengertian dan Hakikat Frasa Preposisional
Frasa
Depan atau Frasa Preposisional: frasa yang terdiri atas kata depan dengan kata
lain sebagai unsur penjelas.
Contoh
Frasa Preposisional:
- Dari
sana
- Ke
Pasar
- Dengan
kaki
- Di
Sekolah
- Kepada
anaknya
- Oleh
saya
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1
Lampiran Cerpen “Pelangi di Langit Senja” Karya Mia Rahmawati
"Senja? Namamu
Senja?" Tanya pemuda di hadapanku ini untuk yang kesekian kalinya. namun
mulutku masih membisu, tanpa suara. Kulangkahkan kaki meninggalkan pemuda asing
itu, namun ia malah mengikuti langkahku. Langkah kami beriringan dalam kebisuan.
Aku tak suka padanya, sok kenal,yang aku tahu namanya adalah Fajri, anak baru
pindahan dari Yogyakarta.Tapi, ia selalu saja mendekatiku dan memanggilku
senja, nama yang sangat kubenci di dunia ini. "Pelangi..!" Seseorang
berteriak memanggilku, langkahku seketika berhenti."Ya ampun kau
meninggalkanku di perpustakaan karena ingin bertemu dengan pemuda ini?
"tanya Anita sambil tersenyum menggoda. Saat ini, detik ini, untuk pertama
kalinya kutatap lekat wajah Fajri, lumayan juga... aahh, kenapa jadi
begini?"Kau dengar saudara Fajri yang terhormat?Namaku adalah PELANGI,
bukan Senja. Ingat itu! "dan pertama kalinya aku bicara padanya. Kakiku
kembali melangkah diikuti Anita. Fajri masih terpaku di tempatnya."Kenapa
Pelangi..." Gumamnya pelan, senyum terpaksa tersungging di bibirku. Tentu
saja namaku Pelangi dan tidak boleh ada yang mengubah namaku, apalagi
mengubahnya menjadi Senja. Sebuah kata yang amat kubenci didunia ini.
Angin pagi membelai lembut tubuhku, bersandar
manja pada pada rambutku yang terurai panjang. Langkahku terhenti saat melewati
depan ruang kelas XII IPA1 yang merupakan ruang kelasku. Seorang lelaki tampak
sedang duduk disalah satu kursi membelakangiku. Tumben jam segini sudah ada
orang yang datang di kelas ini, inikan masih jam setengah tujuh. Biasanya hanya
akulah seorang yang datang sepagi ini. Apa jangan-jangan dia makhluk halus
penghuni kelas ini? Ihhh... serem deh. Tapi, aku udah hampir setahun di kelas
ini, dan selama ini aku enggak pernah liat apa-apa. Jadi merinding nih!
Perlahan kumasuki ruang kelas yang tiba-tiba mengeluarkan hembusan angin aneh,
membuat perasaanku semakin tidak enak.
"Fajri...???!!!" Teriakku begitu melihat wajah orang yang ada di
dalam kelas, bagaimana ia bisa sudah ada disini? Bukankah biasanya ia selalu
terlambat? Ia tersenyum padaku. "Rambut kamu bagus..." Ucapnya
tiba-tiba. oow... Rambutku lupa diikat. Tanganku sibuk mencari tali rambutku di
tas, tapi tak ketemu. Aduh, kemana sih? "Kau mencari ini?" Tanyanya
sambil mengulurkan tangannya yang di genggam. Kemudian, dengan perlahan
kepalannya terbuka. Menunjukkan sebuah tali rambut berwarna orange bergambar
binatang Koala. Jantungku seketika berdegup kencang. Dari mana ia dapatkan tali
rambut itu? "Bukan hanya ini, tapi juga yang ada di papan tulis...."
Ucapnya lagi. Dengan ragu, keputar arah tubuhku menghadap ke papan tulis.
Jantungku kembali berdegup dengan sangat kencang. Di papan tulis ada sebuah
lukisan 3 anak remaja yang salah satunya adalah diriku. Sudah lama sekali aku
tak melihat lukisan itu. Berbagai kelebatan peristiwa dua tahun lalu hinggap di
benakku. Aku tak mau dan tak pernah mau, air mataku merebak dengan sendirinya
tanpa bisa kutahan. Aku benci lukisan itu. Aku benci senyum yang tersungging di
bibir ketiga remaja itu. Aku benci peristiwa itu terpaksa harus kuingat lagi.
"Aku tahu...... bagaimana hatimu
sebenarnya..." Ucap Fajri lekat menatapku. Aku hanya bisa menggeleng dan
mundur. Kakiku dengan cepat menurui tangga-tangga yang baru saja kulewati tadi.
Anak-anak lain mulai berdatangan, tapi aku terus berlari tanpa menghiraukan
Embun bening dimataku masih keluar dengan sendirinya. Kenapa? Kenapa aku harus
ingat semua ini lagi? Kenapa? Ratapku pada diri sendiri. Bagaimana Fajri bisa
mendapatkan tali rambut itu? Tali rambut yang dulu sangat kusayangi, tapi begitu
kubenci saat ini. Tali rambut yang biasa ku sebut Tali rambut kehidupan.
Bagaimana Fajri bisa mendapatkan lukisan itu? Lukisan paling indah yang pernah
kulihat karna yang melukisnya adalah seorang lelaki yang dulu amat sangat
kusayangi. Tapi sekarang aku sangat membenci lukisan itu. Dulu, hidupku penuh
dengan kebahagiaan, canda, tawa, dan cinta yang kudapatkan dari 2 orang
sahabatku, Sanju dan Reno. Orang yang ada di lukisan itu. Aku sangat menyayangi
mereka berdua. Mereka adalah duniaku. Tapi, semakin bertambahnya usia kami, aku
merasakan sesuatu yang ganjal pada Reno. Awalnya, aku tak tahu apa itu? Hingga
suatu hari Reno tiba-tiba mengajakku untuk pergi hanya berdua saja, tanpa
mengajak Sanju. Biasanya, kami selalu bertiga dan tak pernah terpisahkan."Kenapa
kita hanya berdua?" Tanyaku waktu itu. "Aku ingin pergi denganmu
saja....." Jawabnya singkat. Aku masih bersikap biasa, meski saat
bersamanya jantungku terus berdegup tak karuan. "Kamu tahu, kenapa hari
ini aku mengajakmu saja tanpa mengajak Sanju?" Aku hanya menggeleng saat
itu. "Karena aku ingin kencan pertamaku adalah bersama dirimu
Senja..." Ucapnya lembut. "Mungkin ini suatu kesalahan besar, tapi
aku benar-benar jatu cinta denganmu. Bukan sebagai Sahabat, juga bukan sebagai
Koalamu yang lucu....Tapi perasaan seorang lelaki kepada seorang wanita. Aku
hanya ingin bilang bahwa aku mencintaimu”. Reno langsung pergi setelah
mengucapkan kata-kata itu. Aku masih terpaku dengan apa yang baru saja
kudengar. Aku tak tau, aku bahagia sekali mendengarnya. Cinta?? Aku tahu,
perasaan aneh yang ku rasakan saat bersamanya adalah perasaan cinta. Hatiku
bahagia sekali malam itu.
Pagi harinya, aku ke sekolah seperti biasa
dengan hati yang berbunga-bunga. Tapi apa yang kulihat pagi itu juga? Reno dan
Sanju berjalan bergandengan dengan begitu mesranya. "Senja, mungkin ini
suatu kesalahan besar dalam persahabatan kita. Tapi aku jatuh cinta pada Reno,
dan ternyata Reno juga mencintaiku." Ucap Sanju dengan ceria. Aku tak bisa
menahan perasaanku. Pada saat itu juga, aku berlari dari mereka. Dari kenyataan
yang sangat menyayat hatiku. Dari ketakutan akan kekecewaan, tanpa mau
mendengar penjelasan dari siapapun, kuputuskan untuk pindah sekolah secepatnya
dan sekarang sudah dua tahun aku berada di sekolah baru, dengan suasana baru,
dan dengan cerita baru. Kenapa tiba-tiba ada Fajri yang mengingatkanku akan
semua hal menyakitkan itu. Air mataku masih betah mengalir membasahi pipiku.
"Sayang.... buka pintunya dong! Jangan buat
tante khawatir." Suara tante Ida masih terus terdengar mengetuk pintu
kamarku. Sejak kemarin aku mengurung di kamar. Aku tak mau bicara dengan
siapapun. "Ada temen kamu yang mau ketemu nih." Tante Ida masih
memanggil. "Namanya Fajri. Dia bilang dia pacar kamu dan dia mau minta
maaf." Aku tersentak mendengar penuturan tante Ida. Fajri? Pacarku?
Waaahh... dia mau cari masalah. Segera kubuka pintu kamar, tante Ida tersenyum
ramah. "Dia ada di bawah. Pacar kamu ganteng banget, kok dia mau ya sama
orang jelek kayak kamu?" goda tante Ida, aku hanya cemberut. Pacar dari
mana? Dari India?
Dengan berat, kulangkahkan kakiku ke lantai
bawah. Aku mau nemuin dia karena aku harus labrak dia. Berani-beraninya
ngaku-ngaku pacarku. Emang sih dia itu ganteng. Aduh... keceplosan lagi!
"Hai..’ Sapanya lembut sambil tersenyum. Masih sempat ia tersenyum di atas
penderitaanku? Tak sadarkah ia bahwa ia telah mengusik ketenanganku? "Kamu
harus ikut denganku ke suatu tempat." Ucapnya lagi. Awalnya aku tak mau,
tapi tante Ida malah mendukung Fajri dan memintaku untuk ikut bersamanya.
Dengan terpaksa aku mengikutinya. Motornya berhenti di depan sebuah rumah sakit
swasta di Jakarta. Kenapa ia membawaku ke rumah sakit? Fajri sama sekali tak
mau menjelaskan. Langkah kami berhenti di depan sebuah kamar vip.
"Lihatlah siapa yang sedang tertidur di dalam itu?" Ucapnya
tiba-tiba. Dengan malas, kulongokkan kepalaku di kaca pintu kamar. Seorang
wanita sedang tertidur. "Aku sudah melihatnya, lalu sekarang
bagaimana?" Tanyaku masih dengan cuek. Fajri tersenyum lembut. Tangannya
menggenggam tanganku dan menarikku untuk memasuki kamar itu.
Aku tak bisa menahan rasa terkejutku.
"Sanju?" Ucapku tanpa sadar. Fajri meletakkan jari telunjuknya
dibibir. "Jangan mengganggunya. Aku akan mengatakan sesuatu padamu."
Fajri kembali menarik tanganku dan menuntunku untuk ke taman rumah sakit.
"Kau pasti mengenal gadis itu kan? Ya, namanya Sanju. Gadis yang amat
sangat kucintai dulu. Tapi itu dulu sebelum aku bertemu dengan wanita luar
biasa yang mengacaukan hatiku setiap kali menatapnya. Kau tau, Dua tahun lalu
Sanju di diagnosa bahwa ia mempunyai tumor di otaknya. Satu-satunya cara agar
ia sembuh adalah dengan mengangkat tumornya. Tapi ia harus rela kehilangan
separuh ingatannya. Tapi ia berkeras tidak mau di operasi, ia takut melupakan
semua kenangan tentang seseorang yang amat sangat disayanginya. “Kau tahu bukan
siapa orang itu?" Fajri menjelaskan dengan begitu runtun. Ini tak mungkin,
Sanju sakit? Ia tidak mau dioperasi karna takut kehilangan ingatan tentang
orang yang amat di sayanginya. "Aku tahu, pasti Reno." Jawabku pelan.
Fajri menghela nafas. "Penyakitnya semakin parah, hingga sebulan yang
lalu, ia sama sekali tak sanggup menahan sakit di kepalanya. Tanpa persetujuan
dari Sanju sebelumnya, orangtuanya memutuskan untuk melakukan operasi. Tapi,
penyakitnya sudah sangat parah. Jadi, saat selesai operasi dokter bilang ia
akan kehilangan seluruh ingatannya. Setelah Sanju sadar, benar kata dokter. Ia
tak mengingat apa-apa selain satu kata sekaligus sebuah nama." Fajri tak
melanjutkan kata-katanya, suasana masih hening. Tentu saja, air mataku kembali
merebak. Bagaimana mungkin aku meninggalkan sahabatku dalam keadaan sakit?
Kenapa waktu itu aku sama sekali tak mau mendengar penjelasan Reno?
"Satu-satunya yang di ingat Sanju hanyalah. "Fajri melanjutkan kata-katanya,
aku menanti. "SENJA, hanya itu yang di ingatnya nama orang yang amat
sangat disayanginya. Kau juga menyayanginyakan, Pelangi Senja?" Aku sama
sekali tak bisa berkata-kata, aku tak tahu harus berbuat apa. Sore ini, aku
menemani Sanju untuk melihat Senja. Tadi, hujan mengguyur kota, jadi sekarang
nampak sinar Pelangi di ufuk barat. Momen yang sangat indah. Dua orang sahabat
kembali bersatu, ditemani oleh cahaya pelangi di langit senja.
3.2 Analisis Struktur Fungsional Kalimat dan Frasa Preposisional
pada Cerpen “Pelangi di Langit Senja Karya Mia Rahmawati”
1)
Di hadapanku ini untuk
yang kesekian kalinya.
K Pel
Kalimat (1) berpola: keterangan, dan subjek. Frasa preposisional
di berupa keterangan tempat di hadapanku berfungsi untuk
menyatakan keberadaan yang datang berkali-kali. Di- merupakan preposisi
yang berfungsi sebagai petanda dan diikuti oleh hadapanku yang berfungsi
sebagai petanda nomina penunjuk keberadaan yang datang berkali-kali.
2)
Sebuah kata yang amat kubenci
di dunia ini.
S P K
Kalimat
(2) berpola: subjek, predikat, dan keterangan. Frsa preposisional di berupa keterangan tempat di dunia berfungsi untuk menyatakan
ungkapan kehidupan manusia. Di-
merupakan preposisi yang berfungsi sebagai petanda dan diikuti oleh dunia yang berfungsi sebagai petanda
nomina penunjuk ungkapan kehidupan manusia.
3)
Kemarin aku mengurung di kamar.
K S P K
Kalimat (3) berpola: keterangan, subjek, predikat,
dan keterangan. Frasa preposisional di berupa keterangan tempat di
kamar berfungsi untuk menyatakan tempat perbuatan yang dilakukan. Di- merupakan preposisi yang berfungsi sebagai petanda dan diikuti
oleh kamar yang berfungsi sebagai
petanda nomina penunjuk tempat perbuatan yang dilakukan.
4)
Sinar Pelangi di Ufuk
Barat.
S K
Kalimat (4)
berpola: subjek dan keterangan. Frasa preposisional di berupa keterangan tempat di
Ufuk Barat berfungsi untuk menyatakan tempat atau keberadaan penglihatan semesta alam. Di- merupakan preposisi yang berfungsi sebagai petanda dan diikuti
oleh Ufuk Barat yang berfungsi sebagai petanda nomina penunjuk tempat atau
keberadaan penglihatan semesta alam.
5)
Di depan sebuah rumah sakit
swasta.
K S
Kalimat (5) berpola: keterangan dan subjek. Frasa preposisional di berupa keterangan tempat di depan berfungsi untuk menyatakan tempat
yang dekat dengan pembicara. Di-
merupakan preposisi yang berfungsi sebagai petanda dan diikuti oleh depan yang berfungsi sebagai petanda
nomina penunjuk tempat yang dekat dengan pembicara.
6)
Dari mana ia dapatkan tali rambut itu.
K S P O
Kalimat (6) berpola: keterangan, subjek, predikat, dan
objek. Frasa preposisional di berupa keterangan tempat dari mana
berfungsi untuk menanyakan keberadaan suatu benda. Dari- merupakan preposisi yang berfungsi sebagai petanda dan
diikuti oleh mana yang berfungsi
sebagai petanda pronomina untuk menanyakan keberadaan suatu benda.
7)
Di bibir
ketiga remaja itu.
K S
Kalimat (7) berpola: keterangan dan subjek. Frasa
preposisional di berupa keterangan tempat di bibir berfungsi
untuk menyatakan alat pengucapan manusia. Di- merupakan preposisi yang
berfungsi sebagai petanda dan diikuti oleh bibir yang berfungsi sebagai
petanda nomina untuk menyatakan alat pengucapan manusia.
8)
Berhenti di depan
sebuah kamar vip.
P K
Kalimat (8)
berpola: predikat dan keterangan. Frasa preposisional di berupa keterangan tempat di
depan berfungsi untuk menyatakan tempat yang dekat dengan pembicara. Di- merupakan
preposisi yang berfungsi sebagai petanda dan diikuti oleh depan yang berfungsi sebagai petanda nomina penunjuk tempat yang
dekat dengan pembicara.
9)
Tersenyum di atas
penderitaanku.
P K
Kalimat (9)
berpola: predikat dan keterangan. Frasa preposisional di berupa keterangan tempat di
atas berfungsi untuk menyatakan perasaan luka yang dekat dengan pembicara. Di- merupakan
preposisi yang berfungsi sebagai petanda dan diikuti oleh atas yang berfungsi sebagai petanda nomina untuk menyatakan
perasaan luka yang dekat dengan pembicara.
10)
Membawa ku ke rumah sakit
P S K
Kalimat (10) berpola: predikat, subjek, dan keterangan. Frasa
preposisional ke berupa keterangan tempat berfungsi untuk menyatakan
tempat yang dituju. Ke- merupakan preposisi yang berfungsi sebagai
petanda dan diikuti oleh rumah sakit yang berfungsi sebagai petanda
nomina untuk menyatakan tempat yang dituju.
11)
Ku langkahkan kakiku ke lantai bawah
S
P O K
Kalimat (11) berpola: subjek, predikat, objek, dan keterangan. Frasa
preposisional ke berupa keterangan tempat berfungsi untuk menyatakan
bagian tempat terdekat dengan pembicara. Ke- merupakan preposisi yang
berfungsi sebagai petanda dan diikuti oleh lantai bawah yang berfungsi sebagai petanda nomina
untuk menyatakan tempat terdekat dengan pembicara.
12)
di mata ku masih
keluar dengan sendirinya
K S P
Kalimat (12) berpola: keterangan, subjek, dan
predikat. Frasa preposisional di berupa keterangan tempat di mata berfungsi untuk menyatakan alat
penglihatan manusia. Di- merupakan preposisi yang berfungsi sebagai
petanda dan diikuti oleh mata yang berfungsi sebagai petanda nomina
untuk menyatakan alat penglihatan manusia.
13) Hinggap di benak ku
P K S
Kalimat (13) berpola: predikat, keterangan dan subjek. Frasa
preposisional di berupa keterangan tempat di benakku berfungsi
untuk menyatakan perasaan yang muncul. Di- merupakan preposisi yang
berfungsi sebagai petanda dan diikuti oleh benak yang berfungsi sebagai petanda nomina
untuk menyatakan perasaan yang muncul.
14) Dia ada di bawah
S
P K
Kalimat (14) berpola: subjek, predikat, dan keterangan. Frasa preposisional di berupa
keterangan tempat di bawah berfungsi untuk menyatakan tempat yang
dekat dengan pembicara. Di- merupakan preposisi yang berfungsi sebagai petanda dan
diikuti oleh bawah yang berfungsi sebagai petanda nomina
penunjuk tempat yang dekat dengan pembicara.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan
analisis penggunaan frasa pada cerpen “Pelangi di Langit Senja” karya Mia
Rahmawati, dapat disimpulkan bahwa frasa-frasa yang digunakan dalam cerpen
tersebut yaitu menggunakan frasa depan/preposisi. Berdasarkan struktur
fungsional kalimat ditemukan 14 pola kalimat yaitu: KkonjPel, SkonjPK, KSPK, SK,
KS, KSPO, KS, PK, PK, PSK, SPOK, KSPKonj, PKS, SPK.
4.2 Saran
Dengan adanya hasil analisis ini, penulis mengharapkan kepada para pembaca
setelah membaca, mempelajari serta memahami ihwal seluruh isi analisis ini dan
menerapkan dalam konteks berbahasa yang baik dan benar. Selain itu, penulis
juga mengharapkan agar para peneliti lain dapat mengembangkan penelitian
lanjutan mengenai frasa preposisional menjadi lebih baik lagi, agar hasil
analisis lebih intensif.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia
(Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.
Ramlan, M. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta:
Karyono.
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer,
Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Kridalaksana, Harimurti. 2005. Kelas Kata
dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Khairah,
Miftahul dan Sakura Ridwan. Sintaksis. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar