ANALISIS FUNGSI EKSTERNAL KALIMAT DALAM
CERPEN
JEMARI KIRI KARYA DJENAR MAESA AYU
Diajukan
sebagai tugas akhir mata kuliah Sintaksis
Dosen
Pengampu: Dr. Miftakhul Khairah Anwar, M.Hum
Elfrida
Sakti Aulia (2125150513)
PRODI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat
Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah nya penulis bisa menyelesaikan
makalah Analisis Fungsi Eksternal dalam cerpen Jemari Kiri karya Djenar Maesa Ayu. Makalah ini dibuat sebagai
Tugas Akhir yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Sintaksis, Dr.
Miftakhul Khairah Anwar, M.Pd.
Dalam penulisan makalah
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang telah memberikan
dukungan, dan kepada Dr. Miftakhul Khairah Anwar, M.Pd. selaku dosen pengampu mata
kuliah Sintaksis sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini maka penulis mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca agar penulis dapat memperbaiki kesalahan dalam
penulisan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam
sebuah kalimat ada yang disebut dengan fungsi internal kalimat dan fungsi
eksternal kalimat. Fungsi internal kalimat meliputi fungsi semantik, fungsi
sintaksis, dan fungsi pragmatik. Fungsi semantik berhubungan denga relasi
antara predikator dengan argumennya dalam satu klausa. Fungsi sintaksis
berhubungan dengan relasi gramatikal suatu klausa. Fungsi pragmatik berhubugan
dengan status informasi dari sebuah klausa.
Adapun fungsi eksternal kalimat
meliputi fungsi instrumental, regulasi, representasional, interaksional, personal,
heuristik dan imajinatif.
Dalam kesempatan kali ini penulis
akan menjelaskan fungsi eksternal kalimat dalam cerpen Jemari Kiri karya Djenar Maesa Ayu untuk mengetahui fungsi
ekstrenal apa saja yang terdapat dalam cerpen Jemari Kiri karya Djenar Maesa Ayu itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian dari macam-macam fungsi eksternal kalimat?
2. Bagaimana
analisis fungsi eksternal kalimat dalam cerpen Jemari Kiri karya Djenar Maesa Ayu?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian dari
macam-macam fungsi eksternal kalimat yang sudah disebutkan diatas.
2.
Untuk mengetahui hasil anlisis fungsi
eksternal kalimat dlama cerpen Jemari
Kiri karya Djenar Maesa Ayu.
3.
Untuk mengertahui fungsi eksternal apa
sajakah yang terdapat dalam cerpen Jemari
Kiri karya Djenar Maesa Ayu.
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A.
Hakikat
Sintaksis
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu “sun” yang berarti “dengan” dan kata “tattein” yang berarti “menempatkan”. Jadi, secara etimologi berarti: menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Pengertian sintaksis menurut para ahli adalah sebagai berikut:
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu “sun” yang berarti “dengan” dan kata “tattein” yang berarti “menempatkan”. Jadi, secara etimologi berarti: menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Pengertian sintaksis menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1. Sintaksis
yaitu komponen tata bahasa transformasi yang menurunkan iktisar atau
abstraksiyang mendasari penanda penanda frase hitungan akhir dengan bantuan
kaidah-kaidah tertentu. (Postal, Patmater 1972: 117)
2. Sintaksis
adalah cabang ilmu bahasa yang sudah sangat tua, menyelidiki struktur kalimat
dan kaidah penyusunan kalimat (Suhardi, 1998:1)
3. Sintaksis
adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara kata atau frase atau klausa atau
kalimat yang satu dengan kata atau frase (clause atau kalimat yang lain atau
tegasnya mempelajari seluk-beluk frase, klause, kalimat dan wacana (Ramlan.
1985:21).
4. Sintaksis
adalah subsistem bahasa yang mencakup tentang kata yang sering dianggap bagian
dari gramatika yaitu morfologi dan cabang linguistic yang mempelajari tentang
kata ( Hari Murt Kridalaksana, 1993 ).
5. Syntax
maybe roughly defined as the principles of arrangement of the construction
(word) into large constructions of various kinds. (Gleason (1955).
6. Syntax
is the system of the rules and categories that underlines sentence formation in
human language (O’ Grady, et. al., (1997)
B.
Hakikat
Fungsi Eksternal Kalimat
Fungsi
eksternal kalimat berhubungan dengan orientasi tujuan komunikasi bahasa. Fungsi
ini diadaptasi dari pemikiran Halliday tentang fungsi bahasa. Fungsi ini
meliputi (a). Fungsi instrumental, (b). Fungsi regulasi, (c). Fungsi
representasional, (d). fungsi interaksional, (e). Fungsi personal, (f). Fungsi
heuristik, (g). Fungsi imajinatif. (SINTAKSIS;
Memahami Satuan Kalimat Prespektif Fungsi
2014: 148)
a.
Fungsi Instrumental
Fungsi
ini melayani pengelolaan lingkungan sehingga menyebabkan terjadinya
peristiwa-peristiwa tertentu. Secara implisit, fungsi ini mengandung unsur
“kekuasaan” untuk memengaruhi atau mengatur orang lain. Hal yang termasuk dalam
fungsi ini adalah memerintah, melarang,
mengharuskan, mewajibkan, dan sebagainya.
Contoh:
1. Siap!
2. Jangan
mendekat ke garis polisi itu.
3. Karena
bersalah, kamu harus dihukum.
4. Dia
memercayai Anda untuk melakukan tugas ini.
b.
Fungsi Regulasi
Fungsi
ini berfungsi untuk mengawasi, mengatur, atau menghendaki suatu peristiwa.
Secara implisit, fungsi ini tidak mengandung “kekuasaan” sebagaimana yang
terdapat dalam fungsi instrumental. Hal yang termasuk dalam fungsi adalah mengharapkan, mengimbau, menyetujui,
menolak, menyarankan, mengajak, memohon, mengatur, dsb.
Contoh:
Contoh:
1. Jika
kamu bersalah, kamu akan dihukum.
2. Kepada
para pelanggan PLN, apabila mengalami gangguan listrik padam, silakan hubungi
kami di 123 atau kantor PLN terdekat.
3. Oke,
saya akan mengerjakan itu secepatnya.
c.
Fungsi Representasional
Fungsi
ini berfungsi untuk menyampaikan fakta dan pengetahuan, membuat pernyataan,
menjelaskan atau melaporkan suatu peristiwa. Hal yang termasuk dalam ini adalah
menginformasikan, menguraikan,
mendeskripsikan, melaporkan, mendefinisikan, dan sebagainya.
Contoh:
1. Karl
Marx dalam Das Kapital volume I menyatakan
bahwa setiap barang yang dikerjakan manusia dan memiliki kegunaan merupakan
komoditas.
2. Yang
termasuk karya sastra adalah novel, cerpen, puisi, pantun dan sebagainya.
d.
Fungsi Interaksional
fungsi ini digunakan untuk menjaga lancarnya hubungan sosial agar komunikasi tetap berjalan lancar dengan baik. Hal yang termasuk dalam fungsi ini adalah berdialog, bertegur sapa, berbasa-basi, menyapa, menyampaikan salam.
fungsi ini digunakan untuk menjaga lancarnya hubungan sosial agar komunikasi tetap berjalan lancar dengan baik. Hal yang termasuk dalam fungsi ini adalah berdialog, bertegur sapa, berbasa-basi, menyapa, menyampaikan salam.
Contoh:
1. Halo,
apa kabar?
2. Ngomong-ngomong
anaknya sudah besar, ya.
3. Oh,
ya!
4. Hai!
e.
Fungsi Personal
Fungsi ini digunakan seseorang untuk menyatakan perasaan emosi dan kepribadian. Penutur/penulis mengekspresikan hal-hal yang berkaitan dengan keadaan dirinya. Hal yang termasuk dalam fungsi ini adalah mengungkapkan persaan, mengekspresikan rasa takut, cemas, haru, simpati, khawatir, kesal, dan sebagainya.
Fungsi ini digunakan seseorang untuk menyatakan perasaan emosi dan kepribadian. Penutur/penulis mengekspresikan hal-hal yang berkaitan dengan keadaan dirinya. Hal yang termasuk dalam fungsi ini adalah mengungkapkan persaan, mengekspresikan rasa takut, cemas, haru, simpati, khawatir, kesal, dan sebagainya.
Contoh:
1. Boleh
dibilang saya takut, tapi juga senang.
2. Jangan-jangan
saya tak sanggup mengerjakannya.
3. Bagi
saya, jumlah itu tidak sedikit.
4. Aduh...
sakitnya!
f.
Fungsi Heuristik
Fungsi
ini digunakan untuk memperoleh pengetahuan dan mengenal lingkungan. Fungsi ini
sering dinyatakan dalam behtuk pertanyaan yang menuntut jawaban.
Contoh:
1. Bagaimana
saya harus memulai drama ini?
2. Apa
yang harus saya lakukan?
3. Siapa
pemenang Nobel sastra tahun ini?
g.
Fungsi Imajinatif
Fungsi
ini digunakan untuk menciptakan sistem atau ide yang imajinatif. Penggunaan bahasanya
lebih dititikberatkan pada penggunaan estetik. Hal yang termasuk fungsi ini
adalah mengisahkan cerita/dongeng,
menyatakan fantasi/khayalan dalam bentuk puisi, prosa, lelucon dan
sebagainya.
Contoh:
1. Aku
ini binatang jalang dari kumpulannya yang terbuang.
2. Wajahnya
pucat bagai bulan kesiangan.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Cerpen JEMARI KIRI Karya Djenar Maesa Ayu
Beberapa
waktu setelah cincin itu melingkar di jari manis tangan kanannya, sulit bagi
Nayla untuk menggerakkan jari-jemari di tangan kirinya. Tiba-tiba seluruh
jemari tangan kirinya layu. Sehingga mengerjakan apa pun ia terpaksa hanya
menggunakan jari-jemari di tangan yang satu.
Kesal
sekali Nayla dibuatnya. Bukan hanya karena ia sudah tak mampu lagi mengerjakan
hal-hal besar dengan keseluruhan jemari di kedua tangannya saja. Tapi
membersihkan kotoran yang menempel di duburnya setelah buang air besar pun ia
tidak bisa. Walaupun tangan kirinya bisa bergerak seperti biasa, tapi diam saja
kelima jarinya. Telapak tangannya seolah cuma berfungsi sebagai penyanggah
jari-jemari yang kesemuanya merunduk ke bawah. Semakin besar upaya Nayla untuk
mengguncangkan tangan kirinya, maka jejemari itu justru semakin terlihat lemah.
Nayla
sudah mencoba berbagai cara agar jari-jemari di tangan kirinya berfungsi normal
kembali. Di luar tindakan yang dilakukannya sendiri, ia pun mencoba berbagai
macam jenis terapi. Mulai dari dokter spesialis tulang, sampai cenayang. Mulai
dari ahli nujum, sampai spesialis tusuk jarum. Tapi tetap saja jari-jemari di
tangan kirinya tak berfungsi seperti biasanya. Bahkan tak jarang beberapa
terapi mengakibatkan jari-jemari di tangan kirinya itu berubah dari ukuran yang
semestinya. Membengkak mereka. Kadang sebentar, kadang cukup lama. Terapi yang
harus dilakukan pun jadi ekstra. Membuat Nayla semakin putus asa.
Nayla
menatap jari-jemari tangan kirinya yang terkulai. Lalu dengan jari-jemari
tangan kanannya ia belai. Pada saat itulah ia memerhatikan cincin di jari manis
tangan kanannya. Cincin emas putih bertatahkan permata itu masih cantik
terlihatnya. Tapi perasaannya tidak sama dengan ketika Nayla pertama kali
melihatnya.
Masih
jelas di ingatan Nayla betapa rikuh pacarnya saat itu. Di sebuah restoran yang
menghadap hamparan laut, pacarnya menggenggam kedua tangan Nayla dengan wajah
bersemu. Diucapkannya satu kata demi kata dengan terbata-bata seperti orang
yang lidahnya kelu. Tak berapa lama kemudian ia mengeluarkan cincin itu.
Bahagia yang Nayla rasakan membuatnya tak lagi bisa mendengar saat mulutnya
mengucap, ”I do.”
Saat
itu Nayla benar-benar sudah lupa pada apa yang merisaukannya setiap hari. Saat
itu Nayla benar-benar sudah lupa pada mimpi buruk yang tiap malam selalu
menghantui. Saat itu Nayla benar-benar sudah lupa pada apa yang sangat ia
hindari. Saat itu Nayla benar-benar sudah lupa diri!
Segala
petuah yang dulu orang tuanya katakan, Nayla hiraukan. Segala logika yang
tertanam di kepalanya, Nayla abaikan. Segala peristiwa di masa lalunya, Nayla
singkirkan. Cincin emas putih bertatahkan permata yang sudah tersemat di jari
manis tangan kanannya bagaikan jendela yang terkuak lebar menatap masa depan.
”Ngelamun
aja kerjanya setiap hari. Perempuan ga ada gunanya sama sekali!”
Bukan
karena Nayla sedemikian larut ke dalam lamunanlah yang membuatnya tak sadar
akan kedatangan suaminya. Tapi karena ia sudah terbiasa dengan ketidakhadiran
suaminya di rumahlah penyebabnya. Apalagi saat itu hari belum juga petang.
Kenapa suaminya sudah pulang?
Nayla
mengikuti langkah suaminya yang bergegas menuju kamar tidur. Tapi baru beberapa
langkah, suaminya sudah langsung menegur.
”Ga
usah ngikutin saya. Mending kamu beresin rumah sana!”
Langkah
Nayla segera terhenti. Terasa sembilu mengerat lubuk hati. Dengan langkai
gontai ia berbalik arah. Sambil telinganya terus merekam suara derit koper yang
ditarik dari dalam lemari oleh suami yang mulutnya belum juga berhenti
mengeluarkan sumpah-serapah. Tak berapa lama kemudian suaminya keluar kamar
dengan menjinjing satu koper besar. Dan secepat datangnya, secepat itu pulalah
ia melangkah keluar. Meninggalkan Nayla yang hanya bisa menatap nanar. Menonjok
hati Nayla hingga memar.
Andai
dulu Nayla tidak silau karena cincin emas putih bertatahkan permata yang
meringkuk manis di dalam kotak beludru warna merah muda, andai dulu Nayla tetap
pada rencananya untuk tidak menikah selamanya, apakah hidupnya akan terasa jauh
lebih baik? Andai orangtuanya tidak melarang Nayla bercerita pada siapa-siapa
tentang pelecehan seksual yang pernah dilakukan oleh guru sekolah dasarnya,
lantas Nayla menceritakan kebenaran itu pada suaminya, apakah suaminya akan
bisa menerima dengan baik? Bulu kuduk Nayla bergidik. Teringat kedua mata
suaminya di malam pertama yang menatap Nayla dengan jijik.
”Kalau
saja perceraian bukan aib buat keluarga besar saya yang terpandang, sudah pasti
saya ceraikan kamu, perempuan jalang!”
Mulut
Nayla serasa tercekat. Sekujur tubuhnya dingin bagaikan mayat. Apa yang selama
ini ia takuti akhirnya terjadi. Dan ternyata rasanya jauh lebih menakutkan dari
mimpi-mimpi buruk yang setiap malam tak pernah berhenti menghantui.
Bagaimanapun, Nayla masih berusaha percaya bahwa itu semua tak terjadi. Ia
berusaha percaya jika itu semua hanya mimpi. Ia pun berusaha menyubit dirinya
dengan jari tangan kiri. Dan pada saat itulah baru Nayla sadari jika
jari-jemari tangan kirinya sudah tak bisa digerakkan lagi.
Nayla
kembali menatap cincin di jari manisnya. Cincin emas putih bertatahkan permata
itu tetap cantik terlihatnya. Tapi perasaannya tidak sama dengan ketika Nayla
pertama kali melihatnya.
Tiba-tiba
betapa ingin Nayla melepas cincin itu. Tapi bagaimana mampu jika jari-jemari
tangan kirinya terkulai layu? Dengan sabar Nayla mendorong cincin di jari
manisnya dengan ibu jari tangan kanannya. Tapi usahanya itu sia-sia belaka. Dan
setiap kali ia gagal, semakin serasa gila Nayla dibuatnya. Ia
guncang-guncangkan jari-jemari tangan kirinya yang layu. Dihantam-hantamkannya
ke atas meja kayu. Tapi tetap saja tak ada reaksi. Jari-jemari tangan kirinya
benar-benar sudah mati.
Nayla
pun segera berlari ke dapur untuk mengambil pisau lalu memotong jari-jemari
tangan kirinya satu per satu. Betapa puasnya ia melihat jari-jemari itu jatuh
menimpa lantai batu. Darah bercucuran seperti anak panah hujan. Mengubur
jari-jemari kirinya yang berceceran.
”Nay,
Nay, bangun, Nay!”
Tubuh
Nayla berguncang-guncang. Saat matanya terbuka, yang paling pertama dilihatnya
adalah siluet ibunya yang tengah membelakangi lampu di luar kamar yang menyala
terang.
”Nay,
tenang, Nay. Kamu cuma mimpi buruk lagi. Ada ibu di sini.”
Ibu
membelai mesra rambut Nayla yang tak mengatakan sepatah pun kata. Ibu segera
merebahkan tubuhnya di sebelah Nayla. Diciumnya kening Nayla dengan mesra.
Namun Nayla malah membuang muka dan membalikkan tubuhnya.
”Besok
kita ke dokter lagi ya, Nay.”
Nay
tetap tak mengatakan sepatah pun kata. Tak juga membalikkan tubuhnya. Tak juga
melihat mata ibunya yang sedang berkaca-kaca. Seperti matanya.
B. Pembahasan
a.
Fungsi
Instrumental
Beberapa kalimat yang masuk dalam fungsi
instrumental adalah:
1. ”Ga
usah ngikutin saya. Mending kamu beresin rumah sana!”
2. ”Kalau
saja perceraian bukan aib buat keluarga besar saya yang terpandang, sudah pasti
saya ceraikan kamu, perempuan jalang!”
3. ”Nay,
Nay, bangun, Nay!”
4. ”Besok
kita ke dokter lagi ya, Nay.”
5. ”Nay,
tenang, Nay....”
b.
Fungsi
Regulasi
1.
”Besok kita ke dokter lagi ya,
Nay.”
2. ....
saat mulutnya mengucap, ”I do.”
c.
Fungsi
Representasi
1. Beberapa
waktu setelah cincin itu melingkar di jari manis tangan kanannya, sulit bagi
Nayla untuk menggerakkan jari-jemari di tangan kirinya.
2. Tiba-tiba
seluruh jemari tangan kirinya layu.
3. Sehingga
mengerjakan apa pun ia terpaksa hanya menggunakan jari-jemari di tangan yang
satu.
4.
Andai dulu Nayla tidak silau karena
cincin emas putih bertatahkan permata yang meringkuk manis di dalam kotak
beludru warna merah muda...
5.
Di sebuah restoran yang menghadap
hamparan laut, pacarnya menggenggam kedua tangan Nayla dengan wajah bersemu.
6.
Cincin emas putih bertatahkan
permata..
d.
Fungsi
Interaksional
-
e.
Fungsi
Personal
1.
Kesal sekali Nayla dibuatnya.
2. Membuat
Nayla semakin putus asa.
3.
Tapi perasaannya tidak sama dengan
ketika Nayla pertama kali melihatnya.
4.
...pacarnya menggenggam kedua
tangan Nayla dengan wajah bersemu.
5.
Menatap Nayla dengan jijik.
6.
Dan ternyata rasanya jauh lebih
menakutkan dari mimpi-mimpi buruk yang setiap malam tak pernah berhenti
menghantui.
7. Tak
juga melihat mata ibunya yang sedang berkaca-kaca. Seperti matanya.
f.
Fungsi
Heuristik
1. Kenapa
suaminya sudah pulang?
2.
Tapi bagaimana mampu jika
jari-jemari tangan kirinya terkulai layu?
3.
Andai dulu Nayla tetap pada
rencananya untuk tidak menikah selamanya, apakah hidupnya akan terasa jauh
lebih baik?
4.
apakah suaminya akan bisa menerima
dengan baik?
g.
Fungsi
Imajinatif
1.
. Cincin emas putih bertatahkan
permata itu masih cantik terlihatnya.
2.
Cincin emas putih bertatahkan
permata yang sudah tersemat di jari manis tangan kanannya bagaikan jendela yang
terkuak lebar menatap masa depan.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan
dari analisis fungsi eksternal kalimat dalam cerpen Jemari Kiri karya Djenar Maesa Ayu adalah terdapat 5 kalimat yang
termasuk dalam fungsi interaksional, 2 kalimat Yng termasuk dalam fungsi
regulasi, 6 kalimat yang termasuk dalam fungsi representasional, 0 kalimat yang
termasuk dalam fungsi interaksional, 7 kalimat yang termasuk dalam fungsi
personal, 4 kalimat yang termasuk dalam fungsi heuristik, dan 2 kalimat yang
termasuk dalam fungsi imajunatif.
B.
Kritik
dan Saran
Dalam
pembuatan makalah ini tentu saja masih terdapat banyak kekurangan yang ditulis
oleh penulis untuk itu diharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk
senantiasa menunjang perbaikan yang akan mampu membuat kegiatan penelitian di
lain hari menjadi lebih baik.
Penulis
juga berharap bagi masyarakat yang membaca dapat mengerti serta menambah
wawasan dan ilmu setelah membaca analisis ini. Penulis juga mengharapkan
penelitian serupa dengan objek kajian dan pendekatan yang bervariasi agar
wawasan masyarakat pembaca menjadi lebih luas.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer, A. (2012). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Khairah, M., & Ridwan, S. (2014). Sintaksis: Memahami Satuan
Kalimat Perspektif Fungsi. Jakarta: Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar