Senin, 09 Januari 2017


ANALISIS FUNGSI EKSTERNAL KALIMAT DALAM
CERPEN JEMARI KIRI KARYA DJENAR MAESA AYU









Diajukan sebagai tugas akhir mata kuliah Sintaksis
Dosen Pengampu: Dr. Miftakhul Khairah Anwar, M.Hum

Elfrida Sakti Aulia (2125150513)


PRODI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2017














KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah nya penulis bisa menyelesaikan makalah Analisis Fungsi Eksternal dalam cerpen Jemari Kiri karya Djenar Maesa Ayu. Makalah ini dibuat sebagai Tugas Akhir yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Sintaksis, Dr. Miftakhul Khairah Anwar, M.Pd.
Dalam penulisan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang telah memberikan dukungan, dan kepada Dr. Miftakhul Khairah Anwar, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Sintaksis sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar penulis dapat memperbaiki kesalahan dalam penulisan makalah ini.
















BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam sebuah kalimat ada yang disebut dengan fungsi internal kalimat dan fungsi eksternal kalimat. Fungsi internal kalimat meliputi fungsi semantik, fungsi sintaksis, dan fungsi pragmatik. Fungsi semantik berhubungan denga relasi antara predikator dengan argumennya dalam satu klausa. Fungsi sintaksis berhubungan dengan relasi gramatikal suatu klausa. Fungsi pragmatik berhubugan dengan status informasi dari sebuah klausa.
            Adapun fungsi eksternal kalimat meliputi fungsi instrumental, regulasi, representasional, interaksional, personal, heuristik dan imajinatif.
            Dalam kesempatan kali ini penulis akan menjelaskan fungsi eksternal kalimat dalam cerpen Jemari Kiri karya Djenar Maesa Ayu untuk mengetahui fungsi ekstrenal apa saja yang terdapat dalam cerpen Jemari Kiri karya Djenar Maesa Ayu itu sendiri.


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari macam-macam fungsi eksternal kalimat?
2.      Bagaimana analisis fungsi eksternal kalimat dalam cerpen Jemari Kiri karya Djenar Maesa Ayu?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari macam-macam fungsi eksternal kalimat yang sudah disebutkan diatas.
2.      Untuk mengetahui hasil anlisis fungsi eksternal kalimat dlama cerpen Jemari Kiri karya Djenar Maesa Ayu.
3.      Untuk mengertahui fungsi eksternal apa sajakah yang terdapat dalam cerpen Jemari Kiri karya Djenar Maesa Ayu.













BAB II
KAJIAN TEORETIK

A.    Hakikat Sintaksis
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu “sun” yang berarti “dengan” dan kata “tattein” yang berarti “menempatkan”. Jadi, secara etimologi berarti: menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Pengertian sintaksis menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1.      Sintaksis yaitu komponen tata bahasa transformasi yang menurunkan iktisar atau abstraksiyang mendasari penanda penanda frase hitungan akhir dengan bantuan kaidah-kaidah tertentu. (Postal, Patmater 1972: 117)
2.      Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang sudah sangat tua, menyelidiki struktur kalimat dan kaidah penyusunan kalimat (Suhardi, 1998:1)
3.      Sintaksis adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara kata atau frase atau klausa atau kalimat yang satu dengan kata atau frase (clause atau kalimat yang lain atau tegasnya mempelajari seluk-beluk frase, klause, kalimat dan wacana (Ramlan. 1985:21).
4.      Sintaksis adalah subsistem bahasa yang mencakup tentang kata yang sering dianggap bagian dari gramatika yaitu morfologi dan cabang linguistic yang mempelajari tentang kata ( Hari Murt Kridalaksana, 1993 ).
5.      Syntax maybe roughly defined as the principles of arrangement of the construction (word) into large constructions of various kinds. (Gleason (1955).
6.      Syntax is the system of the rules and categories that underlines sentence formation in human language (O’ Grady, et. al., (1997)


B.     Hakikat Fungsi Eksternal Kalimat
Fungsi eksternal kalimat berhubungan dengan orientasi tujuan komunikasi bahasa. Fungsi ini diadaptasi dari pemikiran Halliday tentang fungsi bahasa. Fungsi ini meliputi (a). Fungsi instrumental, (b). Fungsi regulasi, (c). Fungsi representasional, (d). fungsi interaksional, (e). Fungsi personal, (f). Fungsi heuristik, (g). Fungsi imajinatif. (SINTAKSIS; Memahami Satuan Kalimat Prespektif Fungsi 2014: 148)
a.       Fungsi Instrumental
Fungsi ini melayani pengelolaan lingkungan sehingga menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu. Secara implisit, fungsi ini mengandung unsur “kekuasaan” untuk memengaruhi atau mengatur orang lain. Hal yang termasuk dalam fungsi ini adalah memerintah, melarang, mengharuskan, mewajibkan, dan sebagainya.
Contoh:
1.      Siap!
2.      Jangan mendekat ke garis polisi itu.
3.      Karena bersalah, kamu harus dihukum.
4.      Dia memercayai Anda untuk melakukan tugas ini.

b.      Fungsi Regulasi
Fungsi ini berfungsi untuk mengawasi, mengatur, atau menghendaki suatu peristiwa. Secara implisit, fungsi ini tidak mengandung “kekuasaan” sebagaimana yang terdapat dalam fungsi instrumental. Hal yang termasuk dalam fungsi adalah mengharapkan, mengimbau, menyetujui, menolak, menyarankan, mengajak, memohon, mengatur, dsb.
Contoh:
1.      Jika kamu bersalah, kamu akan dihukum.
2.      Kepada para pelanggan PLN, apabila mengalami gangguan listrik padam, silakan hubungi kami di 123 atau kantor PLN terdekat.
3.      Oke, saya akan mengerjakan itu secepatnya.

c.       Fungsi Representasional
Fungsi ini berfungsi untuk menyampaikan fakta dan pengetahuan, membuat pernyataan, menjelaskan atau melaporkan suatu peristiwa. Hal yang termasuk dalam ini adalah menginformasikan, menguraikan, mendeskripsikan, melaporkan, mendefinisikan, dan sebagainya.
Contoh:
1.      Karl Marx dalam Das Kapital volume I menyatakan bahwa setiap barang yang dikerjakan manusia dan memiliki kegunaan merupakan komoditas.
2.      Yang termasuk karya sastra adalah novel, cerpen, puisi, pantun dan sebagainya.

d.      Fungsi Interaksional
fungsi ini digunakan untuk  menjaga lancarnya hubungan sosial agar komunikasi tetap berjalan lancar dengan baik. Hal yang termasuk dalam fungsi ini adalah berdialog, bertegur sapa, berbasa-basi, menyapa, menyampaikan salam.
Contoh:
1.      Halo, apa kabar?
2.      Ngomong-ngomong anaknya sudah besar, ya.
3.      Oh, ya!
4.      Hai!

e.       Fungsi Personal
Fungsi ini digunakan seseorang untuk menyatakan perasaan emosi dan kepribadian. Penutur/penulis mengekspresikan hal-hal yang berkaitan dengan keadaan dirinya. Hal yang termasuk dalam fungsi ini adalah mengungkapkan persaan, mengekspresikan rasa takut, cemas, haru, simpati, khawatir, kesal, dan sebagainya.
Contoh:
1.      Boleh dibilang saya takut, tapi juga senang.
2.      Jangan-jangan saya tak sanggup mengerjakannya.
3.      Bagi saya, jumlah itu tidak sedikit.
4.      Aduh... sakitnya!

f.       Fungsi Heuristik
Fungsi ini digunakan untuk memperoleh pengetahuan dan mengenal lingkungan. Fungsi ini sering dinyatakan dalam behtuk pertanyaan yang menuntut jawaban.
Contoh:
1.      Bagaimana saya harus memulai drama ini?
2.      Apa yang harus saya lakukan?
3.      Siapa pemenang Nobel sastra tahun ini?

g.      Fungsi Imajinatif
Fungsi ini digunakan untuk menciptakan sistem atau ide yang imajinatif. Penggunaan bahasanya lebih dititikberatkan pada penggunaan estetik. Hal yang termasuk fungsi ini adalah mengisahkan cerita/dongeng, menyatakan fantasi/khayalan dalam bentuk puisi, prosa, lelucon dan sebagainya.
Contoh:
1.      Aku ini binatang jalang dari kumpulannya yang terbuang.
2.      Wajahnya pucat bagai bulan kesiangan.














BAB III
PEMBAHASAN

A.    Cerpen JEMARI KIRI Karya Djenar Maesa Ayu
Beberapa waktu setelah cincin itu melingkar di jari manis tangan kanannya, sulit bagi Nayla untuk menggerakkan jari-jemari di tangan kirinya. Tiba-tiba seluruh jemari tangan kirinya layu. Sehingga mengerjakan apa pun ia terpaksa hanya menggunakan jari-jemari di tangan yang satu.
Kesal sekali Nayla dibuatnya. Bukan hanya karena ia sudah tak mampu lagi mengerjakan hal-hal besar dengan keseluruhan jemari di kedua tangannya saja. Tapi membersihkan kotoran yang menempel di duburnya setelah buang air besar pun ia tidak bisa. Walaupun tangan kirinya bisa bergerak seperti biasa, tapi diam saja kelima jarinya. Telapak tangannya seolah cuma berfungsi sebagai penyanggah jari-jemari yang kesemuanya merunduk ke bawah. Semakin besar upaya Nayla untuk mengguncangkan tangan kirinya, maka jejemari itu justru semakin terlihat lemah.
Nayla sudah mencoba berbagai cara agar jari-jemari di tangan kirinya berfungsi normal kembali. Di luar tindakan yang dilakukannya sendiri, ia pun mencoba berbagai macam jenis terapi. Mulai dari dokter spesialis tulang, sampai cenayang. Mulai dari ahli nujum, sampai spesialis tusuk jarum. Tapi tetap saja jari-jemari di tangan kirinya tak berfungsi seperti biasanya. Bahkan tak jarang beberapa terapi mengakibatkan jari-jemari di tangan kirinya itu berubah dari ukuran yang semestinya. Membengkak mereka. Kadang sebentar, kadang cukup lama. Terapi yang harus dilakukan pun jadi ekstra. Membuat Nayla semakin putus asa.
Nayla menatap jari-jemari tangan kirinya yang terkulai. Lalu dengan jari-jemari tangan kanannya ia belai. Pada saat itulah ia memerhatikan cincin di jari manis tangan kanannya. Cincin emas putih bertatahkan permata itu masih cantik terlihatnya. Tapi perasaannya tidak sama dengan ketika Nayla pertama kali melihatnya.
Masih jelas di ingatan Nayla betapa rikuh pacarnya saat itu. Di sebuah restoran yang menghadap hamparan laut, pacarnya menggenggam kedua tangan Nayla dengan wajah bersemu. Diucapkannya satu kata demi kata dengan terbata-bata seperti orang yang lidahnya kelu. Tak berapa lama kemudian ia mengeluarkan cincin itu. Bahagia yang Nayla rasakan membuatnya tak lagi bisa mendengar saat mulutnya mengucap, ”I do.”
Saat itu Nayla benar-benar sudah lupa pada apa yang merisaukannya setiap hari. Saat itu Nayla benar-benar sudah lupa pada mimpi buruk yang tiap malam selalu menghantui. Saat itu Nayla benar-benar sudah lupa pada apa yang sangat ia hindari. Saat itu Nayla benar-benar sudah lupa diri!
Segala petuah yang dulu orang tuanya katakan, Nayla hiraukan. Segala logika yang tertanam di kepalanya, Nayla abaikan. Segala peristiwa di masa lalunya, Nayla singkirkan. Cincin emas putih bertatahkan permata yang sudah tersemat di jari manis tangan kanannya bagaikan jendela yang terkuak lebar menatap masa depan.
”Ngelamun aja kerjanya setiap hari. Perempuan ga ada gunanya sama sekali!”
Bukan karena Nayla sedemikian larut ke dalam lamunanlah yang membuatnya tak sadar akan kedatangan suaminya. Tapi karena ia sudah terbiasa dengan ketidakhadiran suaminya di rumahlah penyebabnya. Apalagi saat itu hari belum juga petang. Kenapa suaminya sudah pulang?
Nayla mengikuti langkah suaminya yang bergegas menuju kamar tidur. Tapi baru beberapa langkah, suaminya sudah langsung menegur.
”Ga usah ngikutin saya. Mending kamu beresin rumah sana!”
Langkah Nayla segera terhenti. Terasa sembilu mengerat lubuk hati. Dengan langkai gontai ia berbalik arah. Sambil telinganya terus merekam suara derit koper yang ditarik dari dalam lemari oleh suami yang mulutnya belum juga berhenti mengeluarkan sumpah-serapah. Tak berapa lama kemudian suaminya keluar kamar dengan menjinjing satu koper besar. Dan secepat datangnya, secepat itu pulalah ia melangkah keluar. Meninggalkan Nayla yang hanya bisa menatap nanar. Menonjok hati Nayla hingga memar.
Andai dulu Nayla tidak silau karena cincin emas putih bertatahkan permata yang meringkuk manis di dalam kotak beludru warna merah muda, andai dulu Nayla tetap pada rencananya untuk tidak menikah selamanya, apakah hidupnya akan terasa jauh lebih baik? Andai orangtuanya tidak melarang Nayla bercerita pada siapa-siapa tentang pelecehan seksual yang pernah dilakukan oleh guru sekolah dasarnya, lantas Nayla menceritakan kebenaran itu pada suaminya, apakah suaminya akan bisa menerima dengan baik? Bulu kuduk Nayla bergidik. Teringat kedua mata suaminya di malam pertama yang menatap Nayla dengan jijik.
”Kalau saja perceraian bukan aib buat keluarga besar saya yang terpandang, sudah pasti saya ceraikan kamu, perempuan jalang!”
Mulut Nayla serasa tercekat. Sekujur tubuhnya dingin bagaikan mayat. Apa yang selama ini ia takuti akhirnya terjadi. Dan ternyata rasanya jauh lebih menakutkan dari mimpi-mimpi buruk yang setiap malam tak pernah berhenti menghantui. Bagaimanapun, Nayla masih berusaha percaya bahwa itu semua tak terjadi. Ia berusaha percaya jika itu semua hanya mimpi. Ia pun berusaha menyubit dirinya dengan jari tangan kiri. Dan pada saat itulah baru Nayla sadari jika jari-jemari tangan kirinya sudah tak bisa digerakkan lagi.
Nayla kembali menatap cincin di jari manisnya. Cincin emas putih bertatahkan permata itu tetap cantik terlihatnya. Tapi perasaannya tidak sama dengan ketika Nayla pertama kali melihatnya.
Tiba-tiba betapa ingin Nayla melepas cincin itu. Tapi bagaimana mampu jika jari-jemari tangan kirinya terkulai layu? Dengan sabar Nayla mendorong cincin di jari manisnya dengan ibu jari tangan kanannya. Tapi usahanya itu sia-sia belaka. Dan setiap kali ia gagal, semakin serasa gila Nayla dibuatnya. Ia guncang-guncangkan jari-jemari tangan kirinya yang layu. Dihantam-hantamkannya ke atas meja kayu. Tapi tetap saja tak ada reaksi. Jari-jemari tangan kirinya benar-benar sudah mati.
Nayla pun segera berlari ke dapur untuk mengambil pisau lalu memotong jari-jemari tangan kirinya satu per satu. Betapa puasnya ia melihat jari-jemari itu jatuh menimpa lantai batu. Darah bercucuran seperti anak panah hujan. Mengubur jari-jemari kirinya yang berceceran.
”Nay, Nay, bangun, Nay!”
Tubuh Nayla berguncang-guncang. Saat matanya terbuka, yang paling pertama dilihatnya adalah siluet ibunya yang tengah membelakangi lampu di luar kamar yang menyala terang.
”Nay, tenang, Nay. Kamu cuma mimpi buruk lagi. Ada ibu di sini.”
Ibu membelai mesra rambut Nayla yang tak mengatakan sepatah pun kata. Ibu segera merebahkan tubuhnya di sebelah Nayla. Diciumnya kening Nayla dengan mesra. Namun Nayla malah membuang muka dan membalikkan tubuhnya.
”Besok kita ke dokter lagi ya, Nay.”
Nay tetap tak mengatakan sepatah pun kata. Tak juga membalikkan tubuhnya. Tak juga melihat mata ibunya yang sedang berkaca-kaca. Seperti matanya.

B.     Pembahasan
a.      Fungsi Instrumental
Beberapa kalimat yang masuk dalam fungsi instrumental adalah:
1.      ”Ga usah ngikutin saya. Mending kamu beresin rumah sana!”
2.      ”Kalau saja perceraian bukan aib buat keluarga besar saya yang terpandang, sudah pasti saya ceraikan kamu, perempuan jalang!”
3.      ”Nay, Nay, bangun, Nay!”
4.      ”Besok kita ke dokter lagi ya, Nay.”
5.      ”Nay, tenang, Nay....”

b.      Fungsi Regulasi
1.      ”Besok kita ke dokter lagi ya, Nay.”
2.      .... saat mulutnya mengucap, ”I do.”

c.       Fungsi Representasi
1.      Beberapa waktu setelah cincin itu melingkar di jari manis tangan kanannya, sulit bagi Nayla untuk menggerakkan jari-jemari di tangan kirinya.
2.      Tiba-tiba seluruh jemari tangan kirinya layu.
3.      Sehingga mengerjakan apa pun ia terpaksa hanya menggunakan jari-jemari di tangan yang satu.
4.      Andai dulu Nayla tidak silau karena cincin emas putih bertatahkan permata yang meringkuk manis di dalam kotak beludru warna merah muda...
5.      Di sebuah restoran yang menghadap hamparan laut, pacarnya menggenggam kedua tangan Nayla dengan wajah bersemu.
6.      Cincin emas putih bertatahkan permata..

d.      Fungsi Interaksional
-

e.       Fungsi Personal
1.      Kesal sekali Nayla dibuatnya.
2.      Membuat Nayla semakin putus asa.
3.      Tapi perasaannya tidak sama dengan ketika Nayla pertama kali melihatnya.
4.      ...pacarnya menggenggam kedua tangan Nayla dengan wajah bersemu.
5.      Menatap Nayla dengan jijik.
6.      Dan ternyata rasanya jauh lebih menakutkan dari mimpi-mimpi buruk yang setiap malam tak pernah berhenti menghantui.
7.      Tak juga melihat mata ibunya yang sedang berkaca-kaca. Seperti matanya.



f.       Fungsi Heuristik
1.      Kenapa suaminya sudah pulang?
2.      Tapi bagaimana mampu jika jari-jemari tangan kirinya terkulai layu?
3.      Andai dulu Nayla tetap pada rencananya untuk tidak menikah selamanya, apakah hidupnya akan terasa jauh lebih baik?
4.      apakah suaminya akan bisa menerima dengan baik?

g.      Fungsi Imajinatif
1.      . Cincin emas putih bertatahkan permata itu masih cantik terlihatnya.
2.      Cincin emas putih bertatahkan permata yang sudah tersemat di jari manis tangan kanannya bagaikan jendela yang terkuak lebar menatap masa depan.
















BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kesimpulan dari analisis fungsi eksternal kalimat dalam cerpen Jemari Kiri karya Djenar Maesa Ayu adalah terdapat 5 kalimat yang termasuk dalam fungsi interaksional, 2 kalimat Yng termasuk dalam fungsi regulasi, 6 kalimat yang termasuk dalam fungsi representasional, 0 kalimat yang termasuk dalam fungsi interaksional, 7 kalimat yang termasuk dalam fungsi personal, 4 kalimat yang termasuk dalam fungsi heuristik, dan 2 kalimat yang termasuk dalam fungsi imajunatif.

B.     Kritik dan Saran
Dalam pembuatan makalah ini tentu saja masih terdapat banyak kekurangan yang ditulis oleh penulis untuk itu diharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk senantiasa menunjang perbaikan yang akan mampu membuat kegiatan penelitian di lain hari menjadi lebih baik.
Penulis juga berharap bagi masyarakat yang membaca dapat mengerti serta menambah wawasan dan ilmu setelah membaca analisis ini. Penulis juga mengharapkan penelitian serupa dengan objek kajian dan pendekatan yang bervariasi agar wawasan masyarakat pembaca menjadi lebih luas.


















DAFTAR PUSTAKA

Chaer, A. (2012). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Khairah, M., & Ridwan, S. (2014). Sintaksis: Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi. Jakarta: Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar