PENGGUNAAN KATA
GANTI ORANG KETIGA TUNGGAL
DALAM KORAN KOMPAS
DAN KORAN REPUBLIKA ONLINE
PADA TANGGAL 6
JANUARI 2017
DISUSUN
OLEH :
ZETTA
WAHYU RAMADHANTI (2125154803)
DOSEN
PENGAMPU :
DR.
MIFTAHUL KHAIRAH, M. HUM., M. PHIL
2 –
SASTRA INDONESIA LINGUISTIK
PROGRAM
STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS
NEGERI JAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan
makhluk sosial yang tak pernah luput dari komunikasi, banyak cara yang
dilakukan oleh manusia dalam proses komunikasi. Komunikasi telah lama ada,
bahkan saat dimulainya peradaban manusia. Perkembangan signifikan terjadi saat
manusia menemukan media cetak sebagai sarana berkomunikasi. Berbagai peristiwa
bersejarah tak lepas dari pengaruh media cetak. Media cetak digunakan sebagai
sarana propaganda. Zaman penjajahan yang keras dan ganas dapat dikalahkan
dengan ‘peluru’ kata-kata yang terdapat dalam media cetak. Para elit politik
dan pemimpin menyuarakan semangat mereka dan mengajak seluruh rakyat melawan
penjajah yang disebarkan melalui media cetak. Media cetak sendiri memiliki arti
suatu alat yang digunakan sebagai perantara untuk menginformasikan suatu hal
atau masalah kepada masyarakat dalam bentuk cetak. Media cetak terdiri dari
koran, majalah, pamflet, dan spanduk.
Koran adalah suatu
penerbitan yang ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya
rendah yang disebut kertas koran, yang berisi berita-berita terkini dalam
berbagai topik. Topiknya bisa berupa politik, kriminalitas, olahraga, tajuk
rencana, cuaca. Menurut (Effendy,2005: 241) Surat kabar atau koran adalah
lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan
ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa dan aktual
mengenai apa saja dan dimana saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca.
Dalam koran terdapat berbagai macam penggunaan kata-kata, salah satunya
penggunaan kata ganti.
Kata ganti atau pronomina
adalah kata yang dapat menggantikan suatu kata benda atau frasa kata benda.
Kata ganti berfungsi menghindari pengulangan kata benda atau frasa kata benda
yang sama yang telah disebut sebelumnya. Terdapat berbagai jenis kata ganti
dalam bahasa Indonesia. Ada kata ganti orang pertama tunggal, kata ganti orang
pertama jamak, kata ganti orang kedua tunggal, kata ganti orang kedua jamak,
kata ganti orang ketiga tunggal, dan kata ganti orang ketiga jamak.
Bagaimanakah penggunaan kata ganti orang
ketiga tunggal pada koran online Indonesia? Apakah terdapat perbedaan penggunaan
kata ganti orang ketiga tunggal dalam koran online Indonesia? Hal inilah yang
membuat penulis tertarik untuk mengambil topik “Penggunaan Kata Ganti Orang
Ketiga Tunggal dalam Koran Kompas dan Koran Republika Online Pada Tanggal 6 Januari
2017”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah,
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.2.1
Bagaimanakah penggunaan kata ganti orang ketiga tunggal
pada koran online Indonesia?
1.2.2
Apakah terdapat perbedaan penggunaan kata ganti orang
ketiga tunggal dalam koran online Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana penggunaan
kata ganti orang ketiga tunggal pada koran online dan untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan penggunaan kata ganti orang ketiga tunggal dalam koran
online Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah
untuk digunakan sebagai referensi bagi penelitian berikutnya jika ingin meneliti
tentang kata ganti orang ketiga tunggal.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian
Kata Ganti atau Pronomina
Kata ganti atau pronomina adalah kata
yang dapat menggantikan suatu kata benda atau frasa kata benda. Kata ganti
berfungsi menghindari pengulangan kata benda atau frasa kata benda yang sama
yang telah disebut sebelumnya. Jika dilihat dari segi fungsinya dapat dikatakan bahwa
pronomina menduduki posisi yang umumnya diduduki oleh nomina, seperti subjek,
objek, dan –dalam macam kalimat tertentu- juga predikat. Ciri lain yang
dimiliki pronomina adalah bahwa acuannya dapat berpindah-pindah karena
bergantung kepada siapa yang menjadi pembicara/ penulis, siapa yang menjadi
pendengar/ pembaca, atau siapa/ apa yang dibicarakan.
2.2
Jenis-jenis
Kata Ganti atau Pronomina dalam Bahasa Indonesia
1.
Pronomina Persona
Pronomina persona adalah pronomina
yang dipakai untuk mengacu pada orang.
1.1 Persona Pertama
Persona pertama tunggal dalam bahasa
Indonesia adalah saya, aku, daku, -ku, dan ku. Kelima bentuk itu adalah baku, tetapi mempunyai
tempat pemakaian yang agak berbeda. Saya adalah bentuk yang formal dan
umumnya dipakai dalam tulisan atau ujaran yang resmi. Persona pertama aku lebih
banyak dipakai dalam pembicaraan batin dalam situasi yang tidak formal dan yang
lebih banyak menujukkan keakraban antara pembicara/ penulis dan pendengar/
pembaca. Oleh karena itu, bentuk ini sering ditemukan dalam cerita, puisi, dan
percakapan sehari-hari. Persona pertama daku umumnya dipakai dalam karya
sastra. Sedangkan person pertama jamak adalah kami, kita.
1.2 Persona Kedua
Persona kedua tunggal mempunyai
beberapa wujud, yakni engkau, kamu, Anda, dikau, kau-, -mu, kalian, Anda sekalian.
Berikut ini adalah kaidah pemakaiannya.
1.2.1
Persona kedua engkau, kamu, dan –mu dipakai
oleh:
1.2.1.1
Orang tua terhadap orang muda yang telah dikenal dengan
baik dan lama.
Contoh: Kamu sudah bekerja,
‘kan?
1.2.1.2
Orang yang status sosialnya lebih tinggi.
Contoh: Apakah hasil rapat kemarin
sudah kamu ketik, Lisa?
1.2.1.3
Orang yang mempunyai hubungan akrab, tanpa memandang
umur atau status sosial.
Contoh: Kapan kerbaumu akan kamu
carikan rumput?
1.2.2
Persona kedua Anda dimaksudkan untuk menetralkan
hubungan, seperti halnya kata you dalam bahasa Inggris. Pada saat ini
pronomina Anda dipakai:
1.2.2.1
Dalam hubungan tak pribadi sehingga Anda tidak
diarahkan pada satu orang khusus
1.2.2.2
Dalam hubungan bersemuka, tetapi pembicara tidak ingin
bersikap terlalu formal ataupun terlalu akrab.
1.2.3
Seperti halnya daku, dikau juga dipakai dalam
ragam bahasa tertentu, khususnya ragam sastra.
1.3 Persona
Ketiga
Ada dua macam persona ketiga tunggal,
yaitu 1) ia, dia, beliau dan –nya, 2) mereka, -nya. Meskipun
ia dan dia dalam banyak hal berfungsi sama, ada kendala tertentu
yang dimiliki oleh masing-masing. Dalam posisi subjek, atau di depan verba, ia
dan dia sama-sama dapat dipakai. Akan tetapi, jika berfungsi sebagai
objek, atau terletak di sebelah kanan dari yang diterangkan, hanya bentuk dia
dan –nya yang dapat muncul. Demikian pula dalam kaitannya dengan
preposisi, dia dan –nya dapat dipakai, tetapi ia tidak.
2.
Pronomina Penunjuk
2.1 Pronomina
penunjuk umum
Pronomina penunjuk umum ialah ini,
itu, dan anu. Kata ini mengacu pada acuan yang dekat dengan
pembicara/ penulis, pada masa yang akan datang, atau pada informasi yang akan
disampaikan. Untuk acuan pada yang agak jauh dari pembicara/ penulis, pada masa
lampau, atau pada informasi yang sudah disampaikan, digunakan kata itu.
2.2 Pronomina
penunjuk tempat
Pronomina penunjuk tempat dalam
bahasa Indonesia adalah sini, situ, atau sana. Titik pangkal
perbedaan di antara ketiganya ada pada pembicara: dekat (sini), agak
jauh (situ) dan jauh (sana). Karena meunjuk lokasi, pronomina ini
sering digunakan dengan preposisi pengacu arah, di, ke, dan dari, sehingga
di/ke/dari sini, di/ke/dari situ, di/ke/dari sana.
3.
Pronomina Penanya
Pronomina yang dipakai sebagai
pemarkah pertanyaan. Dari segi maknanya, yang ditanyakan itu dapat mengenai 1)
orang, 2) barang, atau 3) pilihan. Pronomina siapa dipakai jika yang
ditanyakan adalah orang atau nama orang; apa bila barang; dan mana bila
suatu pilihan tentang orang atau barang.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Analisis Penggunaan Kata Ganti Orang Ketiga
Tunggal dalam Koran Kompas Online Pada Tanggal 6 Januari 2017
Dalam penelitian yang sudah peneliti
lakukan, terdapat dua kata ganti orang ketiga tunggal dalam koran Kompas online
pada tanggal 6 Januari 2017. Hal tersebut dapat dibuktikan dari kutipan berikut
:
3.1.1
"Juga selain ditandatangani oleh Gunernur BI, ada
tanda tangan Menteri Keuangan juga," kata dia.
3.1.2
"Meski uang baru dalam proses penyeberan, uang
lama sebelumnya masih berlaku dan bisa digunakan untuk transaksi keuangan pada
umumnya," kata dia.
Kata “Dia” pada dua kalimat
diatas menunjukkan bahwa dalam koram Kompas online ini digunakan kata ganti
orang ketiga tunggal. Kata ganti “Dia”
digunakan untuk menggantikan kata ganti orang yang sudah disebutkan pada
kalimat sebelumnya, yaitu Wahyu Purnama kepala perwakilan bank Indonesia cabang
Tasikmalaya.
3.2 Analisis Penggunaan Kata Ganti Orang Ketiga
Tunggal dalam Koran Republika Online Pada Tanggal 6 Januari 2017
Dalam penelitian yang sudah peneliti
lakukan, terdapat empat kata ganti orang ketiga tunggal dalam koran Republika
online pada tanggal 6 Januari 2017. Hal tersebut dapat dibuktikan dari kutipan
berikut :
3.2.1
Ia menyebut
setidaknya ada 12 unsur pengamanan pada uang pecahan baru agar segala bentuk
pemalsuan dapat diminimalisasi.
3.2.2
ia
menjelaskan ada salah satu teknik pembuatan uang yaitu dengan color shifting
atau perubahan warna yang terjadi jika dilihat dari sudut pandang berbeda
3.2.3
"Khusus uang pecahan 100 ribu ada color
shifting, cuma ada di pecahan ini karena biayanya tinggi dan pecahan ini
juga yang paling sering dipalsukan," katanya pada wartawan di kantornya
3.2.4
"Simbol rectoverso ini maksudnya jika diterawang
akan berentuk gambar saling isi berupa logo BI, ini unik karena saya kira cuma
BI yang keluarkan jenis ini," ujarnya.
Kata “ia” dan “nya” pada keempat kalimat diatas menunjukkan
bahwa dalam koran Republika online ini digunakan kata ganti orang ketiga
tunggal. Kata ganti “ia” dan “nya”
digunakan untuk menggantikan kata ganti orang yang sudah disebutkan pada
kalimat sebelumnya, yaitu Wahyu Purnama kepala perwakilan bank Indonesia cabang
Tasikmalaya.
3.3 Perbedaan Penggunaan Kata Ganti Orang
Ketiga Tunggal dalam Koran Kompas dan Koran Republika Online Pada Tanggal 6 Januari 2017
Pada analisis penggunaan kata ganti
orang ketiga tunggal yang sudah penulis paparkan diatas dapat kita lihat bahwa
terdapat perbedaan penggunaan kata ganti orang ketiga tunggal dalam kedua koran
online. Meskipun isi dari masing-masing koran online memiliki kesamaan, namun
bahasa dan judul yang digunakan cukup berbeda. Dapat kita lihat pada koran Kompas,
kata ganti orang ketiga tunggal yang digunakan adalah “Dia”. Sedangkan pada koran Republika, kata ganti orang ketiga
tunggal yang digunakan adalah “ia”
dan “nya”. Walaupun berbeda, makna
kalimatnya memiliki kesamaan. Hal ini tidak mempengaruhi perubahaan makna
kalimat.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Kata ganti adalah kata yang
dapat menggantikan suatu kata benda atau frasa kata benda. Kata ganti berfungsi
menghindari pengulangan kata benda atau frasa kata benda yang sama yang telah
disebut sebelumnya. Terdapat berbagai jenis kata ganti dalam bahasa Indonesia. Ada
kata ganti orang pertama tunggal, kata ganti orang pertama jamak, kata ganti
orang kedua tunggal, kata ganti orang kedua jamak, kata ganti orang ketiga
tunggal, dan kata ganti orang ketiga jamak. Berdasarkan hasil analisis diatas,
peneliti dapat memberi kesimpulan bahwa terdapat perbedaan penggunaan kata
ganti orang ketiga tunggal dalam kedua koran online. Kata ganti orang ketiga
tunggal pada koran Kompas adalah “Dia”
dan kata ganti orang ketiga tunggal pada koran Republika adalah “ia” dan “nya”. Walaupun berbeda, makna kalimatnya tetap memiliki kesamaan.
4.2
Saran
Penulis menyadari bahwa dalam
penelitian ini masih banyak kekurangan karena masih minimnya pengetahuan
penulis. Untuk penelitian selanjutnya jika ingin meneliti kata ganti orang
ketiga tunggal disarankan untuk lebih mempersiapkan banyak referensi buku untuk
penelitiannya dan disarankan juga menggunakan objek yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Ridwan, Miftahul
Khairah dan Sakura. 2014. SINTAKSIS: Memahami Satuan Kalimat
Perspektif Fungsi. Bumi Aksara: Jakarta
Fikri, Nurul.
2015. Modul PPLS PTN IPA.___: Jakarta
http://ragambahasakita.blogspot.com/2015/01/kata-ganti-pronomina.html.
Diakses pada Kamis, 15 Desember 2016
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/17/01/06/ojcooh368-bi-sebut-uang
pecahan-baru-sangat-sulit-dipalsukan. Diakses pada Minggu, 08 Januari
2017
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2017/01/06/113000826/peluncuran.uang.nkri.baru.
jdi.rekor.dunia. Diakses pada Minggu, 08 Januari 2017
LAMPIRAN
Peluncuran Uang NKRI Baru Jadi Rekor Dunia
Jumat, 6 Januari 2017 | 11:30 WIB
TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Kepala Perwakilan Bank Indonesia
(BI) Cabang Tasikmalaya, Wahyu Purnama mengatakan, pengeluaran uang baru
sebanyak sebelas pecahan secara langsung di Indonesia bisa menjadi rekor dunia.
Soalnya, selama ini belum ada negara melalui bank sentralnya yang
mengeluarkan uang baru berjumlah banyak secara sekaligus.
"Ini rekor dunia bagi negara melalui bank sentralnya yang mengeluarkan
uang 11 pecahan sekaligus. Selama ini baru Indonesia yang mengeluarkan pecahan
uang baru yang jenisnya langsung 11 pecahan," jelas Wahyu kepada wartawan
di kantornya, Jumat (6/1/2016).
Sebanyak 11 pecahan uang baru yang baru dikeluarkan oleh BI belum lama ini
terdiri dari tujuh pecahan uang kertas dan empat pecahan uang logam. Seluruhnya
bergambar pahlawan dan terdapat gambar baru yakni gambar Kesatuan Republik
Indonesia.
"Juga selain ditandatangani oleh Gunernur BI, ada tanda tangan Menteri
Keuangan juga," kata dia.
Selama ini penyebaran 11 pecahan uang baru masih disebarkan secara bertahap.
Selain menunggu penggantian uang lama dengan uang baru oleh warga ke kantor BI,
penarikan uang lama diganti uang baru pun dilakukan dengan beberapa langkah
sosialisasi lainnya.
"Meski uang baru dalam proses penyeberan, uang lama sebelumnya masih
berlaku dan bisa digunakan untuk transaksi keuangan pada umumnya," kata
dia.
Salah seorang pedagang di Pasar Cikurubuk, Kota Tasikmalaya, Mita Mularman
(32), mengaku sebagian besar warga pasar sudah mengetahui adanya pecahan uang
baru yang beredar.
Bahkan, beberapa pembeli sudah ada yang memakai uang baru untuk bertransaksi
di pasar.
Hal sama diungkapkan Ogi (35), salah seorang warga Tasikmalaya. Meski masih
banyak yang memakai uang lama untuk bertransaksi.
Seluruh pecahan uang baru sudah lebih dikenal oleh masyarakat di wilayah
Tasikmalaya dan sekitarnya.
"Masih banyak uang lama, tapi uang baru pun sudah pada tahu,"
ungkapnya.
Sumber : bisniskeuangan.kompas.com/read/2017/01/06/113000826/peluncuran.uang.nkri.baru.jadi.rekor.dunia
Jumat , 06 January 2017, 15:53 WIB
BI Sebut Uang Pecahan Baru Sangat Sulit Dipalsukan
Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Dwi Murdaningsih
Mahmud Muhyidin
REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Cabang
Tasikmalaya, Wahyu Purnama memastikan uang pecahan baru akan sangat sulit
dipalsukan oleh pihak manapun. Sebab, terdapat berbagai macam pengamanan agar
mudah membedakan uang palsu dan uang asli.
Ia menyebut setidaknya ada 12 unsur pengamanan pada uang pecahan baru agar segala bentuk pemalsuan dapat diminimalisasi. Salah satu pecahan uang yang paling banyak dipalsukan adalah 100 ribu rupiah. Alasannya tentu dengan nominal tinggi dapat menutup biaya pemalsuan uang sekaligus memperoleh untung besar. Guna menjaga keaslian pecahan ini, ia menjelaskan ada salah satu teknik pembuatan uang yaitu dengan color shifting atau perubahan warna yang terjadi jika dilihat dari sudut pandang berbeda.
"Khusus uang pecahan 100 ribu ada color shifting, cuma ada di pecahan ini karena biayanya tinggi dan pecahan ini juga yang paling sering dipalsukan," katanya pada wartawan di kantornya, Jumat (6/1).
Adapun bagi uang kertas pecahan lain ada teknik pengamanan berupa rainbow feature. Lewat teknik ini, akan muncul gambar tersembunyi berupa angka nominal dari pecahan uang dengan variasi warna berbeda. Guna memunculkan tanda ini, pemegang uang perlu memiringkan pecahan uang agar dapat terlihat. Selain itu, ada pula tanda yang hanya muncul pada uang pecahan baru jika menggunakan cahaya ultraviolet. Menurut Wahyu, unsur pengaman yang paling unik adalah simbol rectoverso dari logo BI.
"Simbol rectoverso ini maksudnya jika diterawang akan berentuk gambar saling isi berupa logo BI, ini unik karena saya kira cuma BI yang keluarkan jenis ini," ujarnya.
Ia menyebut setidaknya ada 12 unsur pengamanan pada uang pecahan baru agar segala bentuk pemalsuan dapat diminimalisasi. Salah satu pecahan uang yang paling banyak dipalsukan adalah 100 ribu rupiah. Alasannya tentu dengan nominal tinggi dapat menutup biaya pemalsuan uang sekaligus memperoleh untung besar. Guna menjaga keaslian pecahan ini, ia menjelaskan ada salah satu teknik pembuatan uang yaitu dengan color shifting atau perubahan warna yang terjadi jika dilihat dari sudut pandang berbeda.
"Khusus uang pecahan 100 ribu ada color shifting, cuma ada di pecahan ini karena biayanya tinggi dan pecahan ini juga yang paling sering dipalsukan," katanya pada wartawan di kantornya, Jumat (6/1).
Adapun bagi uang kertas pecahan lain ada teknik pengamanan berupa rainbow feature. Lewat teknik ini, akan muncul gambar tersembunyi berupa angka nominal dari pecahan uang dengan variasi warna berbeda. Guna memunculkan tanda ini, pemegang uang perlu memiringkan pecahan uang agar dapat terlihat. Selain itu, ada pula tanda yang hanya muncul pada uang pecahan baru jika menggunakan cahaya ultraviolet. Menurut Wahyu, unsur pengaman yang paling unik adalah simbol rectoverso dari logo BI.
"Simbol rectoverso ini maksudnya jika diterawang akan berentuk gambar saling isi berupa logo BI, ini unik karena saya kira cuma BI yang keluarkan jenis ini," ujarnya.
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/17/01/06/ojcooh368-bi-sebut-uang-pecahan-baru-sangat-sulit-dipalsukan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar