Menulis Itu Mudah, Kok!
oleh Tiara Jasmine
Judul : Bagaimana Saya Menulis
Penulis : M. Alfan Alfian
Penerbit : PT Penjuru Ilmu Sejati
Cetakan : I, 2016
Tebal : 212 halaman
ISBN :978-602-0967-06-6
Harga : Rp55.000,-
“K
|
arena kau
menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di
kemudian hari.” Kira-kita begitulah ucapan seorang Pramoedya Ananta yang biasa disebut Pram yang juga memengaruhi
sang penulis untuk tetap menulis. Khususnya menulis opini dan esai di media
massa. Kebiasaan menulis membuat seseorang dituntut untuk terus belajar dan
actual (up date). Penulis itu manusia pembelajar. Ia harus
menggali ide-ide dan menuliskannya. Penulis perlu gagasan. Tanpa itu tidak akan
ada yang bisa ditulis. Tanpa sikap yang terbuka dalam menyerap banyak hal tidak
akan ada gagasan yang istimewa. Begitulah pikiran seorang Alfan Alfian yang
merupakan lulusan S-1 di Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang
(selesai 1996). Mitos yang beredar bahwa tulisan seorang pemula akan lebih
sulit diterbitkan di media massa. Faktanya adalah tidak ada yang namanya
penulis pemula atau bukan pemula, yang penting, apakah Anda punya
gagasan ? Mereka yang mau menuliskan gagasannya adalah mereka yang berani.
Faktor diterbitkannya sebuah tulisan itu tergantung pada isi dari tulisan tersebut.
Banyak-banyaklah menulis sehingga mampertajam kemampuan Anda.
Bernama lengkap
Muhammad Alfan Alfian Mahyudin. Ia lahir di Klaten, Jawa Tengah, 15 Februari 1973.
Menyelesaikan pendidikan SD dan SMP di Polanharjo, Klaten; SMA Negeri 4
Surakarta; S-1 di Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang (selesai
1996), S-2 Ilmu Politik Universitas Nasional (lulus 2005), kini tengah menempuh
studi S-3 jurusan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Alfan pernah
bekerja sebagai wartawan Majalah Properti Indonesia (1996-1998).
Wartawan dan Dewan Redaksi Majalah Amanah (1998-2000);
Staf Ahli Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (1998-2000); Staf Ahli Fraksi
Golkar (2003- 2004), dan berbagai peneliti antara lain pada Komunitas untuk
Transformasi Sosial (Katalis); Institute for Transformation Studies (Intrans),
Institute of Democracy Indonesia, ACG Advisory Group, Gerakan Jalan Lurus (GJL)
dan The Akbar Tandjung Institute. Kini dosen Jurusan Ilmu Hubungan
Internasional dan pasca-Sarjana Ilmu Politik Universitas Nasional, Jakarta.
Penulis menulis
di pelbagai media massa antara lain di harian Kompas, Republika, Media Indonesia, Suara Pembaruan, Sinar Harapan, The Jakarta Post, Jawa Pos, Koran Tempo, Bisnis Indonesia, Seputar Indonesia, Pelita, Jurnal Nasional, Suara Merdeka, Kontan, dan sebagainya.
Selain itu menjadi kontributor dan editor berbagai buku, buku-buku karyanya
sendiri antara lain Mahalnya Harga Demokrasi:
Catatan atas Dinamika Politik Pasca Orde Baru, Naik
dan Jatuhnya Abdurrahman Wahid (Jakarta,
Intrans, 2001); Menjadi Pemimpin Politik, Perbincangan
Kepemimpinan dan Kekuasaan (Jakarta, Gramedia,
2009); Demokrasi Pilihlah Aku (Malang, Intrans, 2009 dan
2012); Pemimpin yang Pelayan (Malang, Intrans,
2009); Kekuatan Pemimpin (Jakarta, Kubah Ilmu, 2012) dan
Novel Akulah Beo! (Jakarta, Kubah Ilmu, 2012).
Berbeda dari
buku-buku lainnya, buku ini lebih mengedepankan metode tanya jawab. Fokusnya
membicarakan bagaimana cara, lika-liku, misteri, dan ajaibnya menulis di media
massa. Yang menyenangkan pula dari buku ini, karena menggunakan metode tanya
jawab, pembaca seakan sedang diceritakan bagaimana kisah hidup seseorang dalam
mencapai kesuksesannya. Adanya kata-kata mutiara dan sosok dari orang-orang
hebat seperti Ernest Hemingway, Moh. Hatta, Muhammad Ali, Kishore Mahbubani,
dll yang membuat buku ini lebih terasa asik saat dibaca kerena tidak melulu
berisi tulisan. Kata-kata Muhammad Ali, misalnya, ia mengatakan, “The man
who has no imagination, has no wings”. Menurut penulis, kreativitas juga
dibutuhkan dalam menulis. M. Alfan menjabarkan tips-tips serta mitos dan fakta
dalam menulis pada buku ini. Kelebihan lainnya, buku ini dilengkapi dengan
opini dari orang-orang yang ahli di bidangnya yang dimuat di media massa
sebagai contoh, seperti esai dari Kridalaksana yang ahli di bidang bahasa. Namun banyak juga
menampilkan opini dan resensi penulis yang pernah dimuat di media massa, tentu
saja. Selain itu yang menjadikan buku ini pantas dipercaya adalah adanya sumper-sumber
akurat yang mendukung pemikiran sang penulis.
Bahasa yang
digunakan pun cenderung mudah dipahami dengan penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Meski beberapa kali adanya penggunaan bahasa asing dan daerah
dalam penulisannya, kata-kata tersebut tetap ditulis berdasar aturan bahasa
Indonesia, yaitu dengan huruf miring.
Sungguh tidak
ada kesempurnaan selain milik-Nya. Banyaknya kesalahan tik membuat buku ini
menjadi tidak sempurna. Contoh kata yang sering saltik adalah “angat” yang seharusnya
“sangat”, “masional” yang seharusnya nasional, “dikiram” yang seharusnya dikirim,
dll. Kesalahan tulisan-tulisan tersebut masih bisa dimengerti maksudnya
sehingga tidak menimbulkan kesalahan arti kalimat.
Secara fisik,
buku ini sangat menarik mata dengan tampilan buku berwarna merah dan kuning.
Menyimbolkan keberanian dalam menulis. Tampilan luar yang sangat kuat, tetapi
lemah di bagian dalam. Karena kertas pada buku ini mudah sekali sobek jika
pembaca tidak hati-hati membuka lembarannya
Terlepas dari
kekurangan yang ada, buku ini cocok untuk orang-orang yang baru menulis maupun
yang sudah menulis tetapi tidak sabar ingin tulisannya dimuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar